DK PBB Gelar Sidang Darurat Pasca Serangan Israel ke Lebanon

Ledakan terjadi di Lebanon selatan, termasuk kota Sidon, serta pinggiran selatan Beirut dan Lembah Bekaa. (Doc. BBC)
Sumber :
  • Dok. BBC

Lebanon, VIVA –  Dewan Keamanan PBB (UNSC) mengadakan sidang darurat pada Jumat (20/9) untuk membahas ledakan tragis yang melibatkan perangkat komunikasi di Lebanon.

Rosemary DiCarlo, Kepala Urusan Politik PBB, menyatakan bahwa bentrokan antara Hizbullah dan angkatan bersenjata Israel merupakan "pelanggaran terhadap gencatan senjata dan resolusi 1701."

Ia memperingatkan bahwa "risiko meluasnya kekerasan ini sangat serius dan mengancam stabilitas Lebanon, Israel, serta seluruh kawasan," ungkap DiCarlo dalam sidang yang diinisiasi oleh Aljazair, dilansir Anadolu, Minggu 22 September 2024.

DiCarlo juga mencatat bahwa "perang yang menghancurkan di Gaza terus berlanjut," dan menegaskan kembali seruan Sekretaris Jenderal Antonio Guterres untuk segera menghentikan pertempuran dan membebaskan sandera di Gaza.

"Ancaman terhadap keamanan dan stabilitas, baik di Lebanon maupun kawasan sekitarnya, sangat nyata dan berbahaya," kata DiCarlo, sambil mendorong negara-negara anggota untuk menggunakan pengaruh mereka demi menghentikan konflik.

Ia menegaskan bahwa "masih ada waktu untuk menghindari" kehancuran dan penderitaan lebih lanjut, dan mendesak agar diplomasi dilakukan secepatnya.

Korban ledakan pager di Lebanon

Photo :
  • Associated Press

Duta Besar Aljazair, Amar Bendjama, menyatakan "solidaritas penuh" negaranya terhadap Lebanon dan menegaskan bahwa "serangan ini setara dengan kejahatan perang."

Bendjama mengutuk transformasi perangkat sipil menjadi bom yang mengancam keselamatan publik, dan menyoroti ancaman yang dilontarkan pejabat Israel untuk "melancarkan perang besar di Lebanon." Menurutnya, pernyataan tersebut, serta serangan udara yang dilakukan pada Jumat terhadap Beirut, menunjukkan bahwa Israel tidak memiliki niat untuk menciptakan perdamaian.

Bendjama menuntut Dewan untuk menegakkan resolusi 1701—yang bertujuan untuk menghentikan permusuhan dan menstabilkan kawasan—dan mendesak agar agresi Israel "dihentikan" serta Tel Aviv "harus menarik diri dari semua wilayah Lebanon yang diduduki."

AS tetap mendukung Israel

Duta Besar AS, Robert Wood, menegaskan bahwa Washington "tidak terlibat" dalam ledakan perangkat komunikasi tersebut.

"Dewan Keamanan tidak boleh mengabaikan asal mula konflik ini antara Israel dan Hizbullah," tambahnya, dengan tampaknya menuding Hamas sebagai pemicu konflik saat ini.

Menteri Kesehatan Lebanon Firas Al-Abiad pada Selasa, 17 September 2024, menyatakan 9 orang, termasuk seorang anak, tewas dalam ledakan massal perangkat komunikasi nirkabel yang dikenal sebagai penyeranta (pager) di sejumlah wilayah di Lebanon.

Photo :
  • ANTARA/Anadolu

Wood juga menyatakan bahwa Hizbullah menerima "pelatihan, senjata, dan pendanaan dari Iran," serta menuduh Teheran mendukung Hamas.

Ia mengulangi dukungan tanpa syarat AS terhadap Israel dalam menghadapi serangan Hizbullah dan mengatakan, "AS tetap percaya bahwa solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan warga Lebanon dan Israel yang terlantar untuk kembali ke rumah mereka dengan aman."

Duta Besar China, Fu Cong, juga mengecam ledakan perangkat komunikasi tersebut dan menyebutnya sebagai sesuatu yang "belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah."

"Peristiwa ini merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan dan keamanan suatu negara, serta pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, terutama hukum kemanusiaan internasional. Ini adalah tindakan yang menunjukkan ketidakpedulian yang tidak dapat diterima terhadap nyawa manusia," ujarnya.

Cong menuntut "penyelidikan penuh" atas serangan tersebut dan mendesak Israel untuk "menghentikan penggunaan kekerasan yang berlebihan dan segera mengakhiri operasi militernya di Gaza, serta menghormati kedaulatan dan keamanan Lebanon." Ia memperingatkan bahwa tindakan Israel berpotensi membawa kawasan ini menuju bencana yang lebih besar.

Duta Besar Rusia, Vassily Nebenzia, menuduh bahwa pelaku ledakan ini "sengaja berusaha memicu konfrontasi militer besar-besaran."

VIVA Militer: Ledakan pager di Lebanon

Photo :
  • X/@AdityaRajKaul

"Mereka mencoba memprovokasi perang baru di Timur Tengah," katanya, sembari menambahkan bahwa ini bukan upaya pertama.

Direkrut Intelijen Iran, Maman Atur Siasat Bunuh Benjamin Netanyahu

Rusia menganggap ledakan tersebut sebagai "serangan teroris," yang merupakan hasil dari "diplomasi palsu" AS, lanjutnya.

Israel kirim Lebanon kembali "ke Zaman Batu"

Dilindungi Militer, Pemukim Ilegal Israel Sita Domba dari Keluarga Palestina di Tepi Barat

Menteri Luar Negeri Lebanon, Abdallah Rashid Bouhabib, turut hadir dalam sidang tersebut dan menyatakan bahwa serangan ini "merupakan peristiwa serius yang belum pernah terjadi dalam sejarah perang."

"(Ledakan alat komunikasi) Terjadi setelah pernyataan Israel tentang perang skala penuh di Lebanon, yang akan mengembalikan Lebanon ke 'Zaman Batu,'" ujarnya.

PBB Sebut Tak Ada Tindakan Apapun dari Israel untuk Lindungi Anak-anak di Gaza

"Israel, melalui serangan teroris ini, telah melanggar prinsip dasar hukum kemanusiaan internasional dan tidak membedakan antara warga sipil dan militer," tambahnya.

Ledakan terjadi di Lebanon selatan, termasuk kota Sidon, serta pinggiran selatan Beirut dan Lembah Bekaa. (Doc. BBC)

Photo :
  • Dok. BBC

Bouhabib mengkritik Israel karena terus mengabaikan legitimasi internasional dan hak asasi manusia, serta menyerukan diakhirinya impunitas Israel.

Ia menegaskan bahwa "Israel tidak akan bisa bertahan di Timur kecuali jika ia berdamai dengan bangsa-bangsa di kawasan ini."

Bouhabib mendesak Dewan Keamanan untuk menekan Israel agar menghentikan serangan, memperingatkan bahwa kegagalan untuk bertindak bisa memicu perang yang mengancam Timur dan Barat. (Antara)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya