Wakil Presiden Komisi Uni Eropa Kunjungi Timur Tengah, Israel Tidak Termasuk
- Pixabay
Uni Eropa, VIVA – Wakil Presiden Komisi Uni Eropa mengunjungi Timur Tengah pada Minggu, 8 September 2024, untuk mengkampanyekan gencatan senjata. Josep Borell singgah di Mesir dan Lebanon, tetapi tidak mengunjungi Israel.
Borrell berencana untuk bertemu dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sissi di Kairo, pada Senin, 9 September 2024, dan juga mengunjungi perbatasan Rafah menuju Jalur Gaza, menurut kantor Layanan Luar Negeri Uni Eropa di Brussels.
"Pertemuan dengan mediator dari Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, merupakan agenda utama," kata kantor Borell, dikutip dari ANews, Senin, 9 September 2024.
Pada hari Selasa, 10 September 2024, Borrell berencana untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdel-Atty dan mengambil bagian dalam pertemuan Liga Arab.
Pada 11-12 September 2024, Borrell akan berada di Lebanon, di mana ia akan bertemu dengan Perdana Menteri Najib Mikati, juru bicara parlemen Nabih Berri, dan Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon Jenderal Joseph Aoun.
Ia juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Emigran Lebanon Abdallah Bou Habib.
Borrell akan membahas dengan mitranya dari Lebanon mengenai dukungan UE untuk ketahanan dan stabilitas Lebanon dan peran Lebanon di kawasan tersebut.
Sementara itu, junjungan ke Israel tidak direncanakan oleh Borell.
Borrell sendiri telah berulang kali mengkritik tindakan Israel di Jalur Gaza, dan mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan menyandera 250 orang.
Namun, ia mengatakan kepada majalah Foreign Policy pada bulan Mei bahwa satu kengerian tidak dapat membenarkan kengerian lainnya.
Sebagai informasi, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, hampir 41.000 orang di Gaza telah tewas dalam konflik tersebut.
Pembicaraan tentang gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak mengalami kemajuan selama berbulan-bulan. Menurut sebuah laporan di Financial Times, militer AS pun sudah bersiap untuk gagalnya negosiasi.
Gencatan senjata juga dikaitkan dengan harapan untuk menghindari perluasan perang yang lebih besar.