Selain Indonesia, Paus Fransiskus Juga bakal Kunjungi 3 Negara Lain di Asia Tenggara
- AP Photo/Gregorio Borgia
Vatikan, VIVA – Paus Fransiskus akan berangkat pada hari Senin, 2 September 2024, untuk mengunjungi empat negara kepulauan di Asia Tenggara.
Selama 12 hari dari 2-13 September, Fransiskus akan menempuh perjalanan hampir 33.000 km (20.500 mil) untuk mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura. Ini adalah perjalanan terpanjang yang pernah dilakukan Paus.
Paus Fransiskus, yang mendorong keras perjanjian iklim Paris 2015, nantinya akan melanjutkan seruannya untuk menghadapi bahaya dunia yang memanas dengan cepat, terutama untuk mendukung kelompok-kelompok yang paling rentan.
Di beberapa negara yang dikunjungi, bahaya ini termasuk naiknya permukaan laut dan gelombang panas serta topan yang semakin parah dan tidak dapat diprediksi.
Melansir dari The Sundaily, Jumat, 30 Agustus 2024, Jakarta, ibu kota Indonesia tempat perjalanan ini dimulai, telah mengalami banjir yang dahsyat dalam beberapa tahun terakhir dan perlahan-lahan tenggelam. Hal ini juga mendorong pemerintah untuk membangun ibu kota baru senilai US$ 32 miliar (Rp 493,2 triliun) di Kalimantan.
Fransiskus dijadwalkan untuk menjadi bintang utama dalam lebih dari 40 acara selama lawatannya tersebut.
Beberapa pengamat mengatakan bahwa, di luar rencana perjalanannya yang spesifik, ia ingin menunjukkan bahwa ia masih mampu memimpin Gereja yang beranggotakan 1,4 miliar orang, meskipun usianya sudah tua dan kesehatannya sedang buruk.
"Ini adalah pertunjukan kekuatan bagi Paus Fransiskus," kata Massimo Faggioli, seorang akademisi Italia yang telah mengikuti kepausan dengan saksama.
Faggioli, seorang profesor di Universitas Villanova di Philadelphia, mencatat bahwa tidak ada paus yang pernah melakukan perjalanan ke luar negeri pada usia seperti itu.
Benediktus XVI, pendahulu Paus Fransiskus bahkan mengundurkan diri pada usia 85 tahun. Yohanes Paulus II, yang menderita penyakit Parkinson, melakukan kunjungan terakhirnya ke luar negeri pada usia 84 tahun.
Diketahui, tur ke Asia Tenggara ini akan menjadi perjalanan ke luar negeri Fransiskus yang ke-45 sejak pemilihannya pada Maret 2013.
Ia sering berbicara tentang menjangkau orang-orang atau kelompok-kelompok yang terpinggirkan dalam masyarakat, dan telah memprioritaskan perjalanan ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi oleh seorang paus sebelumnya, atau tempat umat Katolik merupakan minoritas kecil.
“Francis hampir menggambar peta baru Gereja,” ucap Faggioli.
“Sekarang ini adalah Katolikisme global, Gereja yang tidak hanya lebih luas secara global, tetapi benar-benar mengglobal.”
Selain itu, yang juga menjadi agenda Paus adalah dorongan baru untuk dialog Katolik-Muslim, yang telah lama menjadi prioritas Fransiskus yang, pada tahun 2019, menjadi paus pertama yang mengunjungi semenanjung Arab.
Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, memiliki sekitar 280 juta penduduk, dan hanya sekitar 3 persen di antaranya beragama Katolik.
Paus Fransiskus juga akan mengambil bagian dalam pertemuan lintas agama di Masjid Istiqlal Jakarta, yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Jeremy Menchik, seorang profesor ilmuwan politik di Universitas Boston yang telah banyak menulis tentang politik Indonesia, mengatakan bahwa Indonesia berada dalam "zaman keemasan" dialog lintas agama, dengan mencatat bahwa masjid tersebut terletak di seberang katedral Katolik Jakarta.
"Ini adalah momen di mana Anda memiliki pluralisme daripada polemik," ungkap Menchik.
Paus Fransiskus akan mendarat di Jakarta pada hari Selasa, dan berangkat ke Papua Nugini tiga hari kemudian.
Agar ia dapat beristirahat setelah penerbangan malam selama lebih dari 13 jam, ia tidak akan melakukan kegiatan publik pada hari Selasa, selain dari sambutan resmi singkat di bandara.
Lalu, mengapa Paus memilih Asia Tenggara?
Di masing-masing dari keempat negara tersebut, Paus akan mengadakan pertemuan resmi dengan otoritas politik, diplomat, dan umat Katolik setempat. Ia juga akan memimpin perayaan Misa Katolik di luar ruangan di keempat negara tersebut.
Pejabat Katolik secara umum melihat Asia sebagai lahan subur untuk memperluas iman, yang telah mengalami penurunan di negara-negara Barat.
Shihoko Goto, direktur Program Indo-Pasifik di Wilson Center, sebuah lembaga pemikir di Washington, mengatakan kunjungan Fransiskus, meskipun ia memiliki masalah kesehatan, mengungkapkan banyak hal tentang pentingnya Asia secara strategis bagi Gereja.
Papua Nugini, dengan populasi resmi sekitar 9 juta, memiliki sekitar 2,5 juta umat Katolik, kata Vatikan. Timor Timur, dengan populasi 1,3 juta, hampir 96 persen beragama Katolik, sementara Singapura memiliki sekitar 210.000 umat Katolik di antara 5,92 juta penduduknya, menurut Vatikan.