Ekspor Minyak Arab Saudi Anjlok Selama 3 Tahun, Visi 2030 MBS Terancam Gagal?

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman.
Sumber :
  • SAUDI KINGDOM COUNCIL

Riyadh, VIVA – Pendapatan Arab Saudi dari ekspor minyak anjlok ke level terendah dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menguji kemampuan kerajaan untuk mendukung harga minyak dengan menekan pasokan.

Asosiasi Pedagang Kelontong Tolak Rancangan Permenkes Soal Kemasan Rokok Polos

Menurut data pemerintah, Arab Saudi hanya memperoleh US$ 17,7 miliar (Rp 273, 8 triliun) dari penjualan minyak ke luar negeri pada bulan Juni. Angka ini sembilan persen lebih sedikit dari yang diperolehnya pada waktu yang sama tahun lalu, dan 12 persen lebih sedikit dari pada bulan Mei.

Bendera Arab Saudi.

Photo :
  • Ist
Menag Sebut Arab Saudi Siap Beri Perhatian Khusus Jemaah Haji Indonesia

Bloomberg melaporkan pada bulan Juli bahwa Arab Saudi mengekspor sekitar 5,6 juta barel minyak per hari pada bulan Juni, hanya 250.000 barel lebih banyak dari yang diekspornya selama awal pandemi COVID-19 ketika perjalanan global dan permintaan minyak anjlok.

Melansir dari Middle East Eye, Rabu, 28 Agustus 2024, Arab Saudi telah memangkas produksi, tetapi Brent berkisar di sekitar US$ 76 per barel, sekitar tujuh persen lebih rendah dari yang diperdagangkan pada waktu yang sama tahun lalu.

Menteri Lingkungan Perintahkan Pemulihan Tanah Terkontaminasi Minyak Chevron di Siak Dipercepat

Brent menguat ke US$ 91 per barel pada bulan April, tetapi jatuh karena kekhawatiran tentang ekonomi AS dan Tiongkok, serta risiko perang di Gaza yang meningkat.

Selain itu, penurunan pendapatan akan terasa di Arab Saudi, yang tengah memperketat kantong untuk menyalurkan dana ke megaproyek yang direncanakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

IMF memperkirakan bahwa Arab Saudi membutuhkan minyak pada harga US$96,20 untuk menyeimbangkan anggaran tahun 2024.

Merampingkan Megaproyek

Reformasi ekonomi dan sosial Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang dijuluki Visi 2030, dirancang untuk mendiversifikasi ekonomi kerajaan dan membuka masyarakat konservatifnya untuk pariwisata dan bisnis Barat.

Kerajaan juga membutuhkan petrodolar dan investasi asing untuk menyelesaikan program tersebut. Karena keduanya gagal memenuhi harapan, Riyadh merampingkan rencananya.

Kerajaan itu harus mengurangi Neom, proyek megakota senilai US$1,5 triliun (Rp23,2 kuadriliun), yang menurut penyelenggara pada akhirnya akan berukuran 33 kali lipat Kota New York dan mencakup kota sepanjang 170 km.

Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman alias MBS.

Photo :
  • Bandar Aljaloud/Saudi Royal Palace via AP, File

Daripada 1,5 juta orang yang tinggal di kota itu pada tahun 2030, pejabat Saudi hanya ingin tempat itu ditinggali kurang dari 300.000 penduduk. Sementara itu, hanya 2,4 km dari kota sepanjang 170 km yang akan selesai pada tahun 2030. Angka-angka itu juga menggarisbawahi dampak kebijakan energi Arab Saudi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya