Hamas dan Jihad Islam Mengaku Jadi Dalang Bom Bunuh Diri di Ibu Kota Israel
- AP Photo/Khalil Hamra
Tel Aviv, VIVA – Dalam pernyataannya, kelompok Hamas mengaku bahwa mereka, bersama dengan Jihad Islam adalah dalang dibalik sebuah bom bunuh diri di ibu kota Israel, Tel Aviv.
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa bom bunuh diri akan terus berlanjut sebagai tanggapan atas serangan Israel.
Serangan itu terjadi saat Israel dan Hamas berusaha merundingkan pembebasan sandera dan kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober 2024.
Melansir dari Times of Israel, Selasa, 20 Agustus 2024, bom bunuh diri di Israel sudah jarang terjadi sejak Intifada Kedua di awal tahun 2000-an, ketika ratusan warga Israel tewas dalam serangkaian pemboman mematikan.
Setelah intifada, Israel membangun tembok keamanan Tepi Barat yang diyakini membantu menggagalkan upaya pemboman lebih lanjut.
Dalam insiden yang terjadi baru-baru ini, menurut sebuah rekaman kamera keamanan menunjukkan seorang pria, yang diyakini berusia 50-an, berjalan di jalan sambil menenteng ransel biru besar di punggungnya.
Rekaman lainnya menunjukkan momen ledakan di kawasan selatan Tel Aviv.
Baru-baru ini juga, di tengah perang di Gaza, otoritas keamanan Israel telah mengidentifikasi upaya Hamas dan kelompok lainnya di Tepi Barat untuk kembali melakukan serangan semacam itu.
Pada bulan Maret tahun ini, seorang calon pelaku bom bunuh diri tewas saat mencoba menyusup ke Israel dari Tepi Barat. Upaya serangan lainnya telah digagalkan dalam beberapa bulan terakhir pada tahap awal.
Menurut situs berita Ynet, otoritas keamanan belum memastikan apakah pria di Tel Aviv itu bermaksud meledakkan bom saat ia melakukannya, atau apakah bom itu tidak berfungsi dan meledak tanpa peringatan di area yang cukup kosong sebelum ia dapat mencapai targetnya.
Seorang pejalan kaki, yang diidentifikasi dengan nama depannya Leonid, terluka dalam ledakan itu. Ia diketahui sedang lewat dengan skuter listrik dalam perjalanan pulang dari kantor ketika bom itu meledak.
“Saya tidak melihat sesuatu yang tidak biasa dan saya tidak melihat siapa pun,” katanya kepada Ynet dari Rumah Sakit Ichilov, tempat ia menjalani perawatan atas luka-lukanya, yang menurut staf medis termasuk paru-paru yang tertusuk.
“Tiba-tiba terjadi ledakan besar dan saya terlempar dari skuter. Ada banyak api dan saya berada tepat di tengahnya. Rasanya seperti di film, ledakan besar dengan saya di tengah api. Saya sudah beberapa kali diberi tahu di rumah sakit bahwa saya beruntung hanya memiliki beberapa luka di tubuh saya," sambungnya.
Sebelum Shin Bet mengonfirmasi bahwa ledakan itu memang serangan teror, Komandan Polisi Distrik Ayalon Haim Bublil mengatakan kepada radio Kan bahwa dia 99 persen yakin bahwa ledakan bom itu adalah upaya serangan teror.
“Mungkin teroris berencana pergi ke sinagoge terdekat atau mungkin pusat perbelanjaan. Kami belum bisa mengerti mengapa bom itu meledak saat itu,” katanya.
Seorang warga Tel Aviv mengatakan kepada Ynet bahwa pada saat ledakan itu, lebih dari 80 orang berada di dalam sinagoge terdekat untuk salat Isya.
“Jika dia memasuki sinagoge, itu bisa menjadi peristiwa dengan konsekuensi nasional. Ada mukjizat besar di sini,” ujarnya.
Dalam pernyataannya kepada publik pada hari Senin, polisi mengatakan bahwa Komandan Distrik Kepolisian Tel Aviv Peretz Amar telah melakukan penilaian khusus untuk menangani kebutuhan keamanan kota setelah pengeboman tersebut.
“Kepolisian Israel terus meningkatkan aktivitas operasional di tempat-tempat ramai dengan kerja sama unit-unit khusus dan relawan dari regu pertahanan sipil," bunyi pernyataan itu.