Perpecahan Dalam Kabinet, Netanyahu dan Menhan Israel Saling Sindir
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Tel Aviv, VIVA – Perpecahan terjadi di dalam pemerintahan Israel. Hal itu terlihat saat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant saling melempar mengkritik, pada Senin, 12 Agustus 2024. Kritik itu terkait macetnya perundingan untuk kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan sandera yang ditawan di Gaza.
"Alasan macetnya kesepakatan penyanderaan sebagian karena Israel," kata Gallant dalam pengarahan pribadi untuk komite parlemen pada hari Senin.
Gallant juga membahas pilihan yang dihadapi Israel antara kesepakatan gencatan senjata yang dapat mengakhiri konflik di utara dengan Hizbullah Lebanon dan di Gaza, serta meningkatkan perang.
"Saya dan lembaga pertahanan mendukung opsi pertama, daripada berbicara tentang kemenangan total dan semua omong kosong itu," ujar Gallant, dikutip dari CNA, Selasa, 13 Agustus 2024.
Seperti diketahui, narasi kemenangan total sering digunakan oleh Netanyahu dalam tujuannya mencapai perang di Gaza.
Dalam beberapa jam setelah kata-kata Gallant bocor ke media, Netanyahu membalas dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya, di mana ia menuduh Gallant membahayakan kesepakatan untuk mengamankan pembebasan sandera.
"Ketika Gallant mengadopsi narasi anti-Israel, ia merusak peluang mencapai kesepakatan pembebasan sandera," kata Netanyahu.
Dia juga menambahkan bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar adalah orang yang telah dan tetap menjadi satu-satunya hambatan untuk kesepakatan sandera.
Netanyahu menyimpulkan dengan mengatakan bahwa satu-satunya pilihan Israel adalah untuk mencapai kemenangan total, yang mewajibkan semua orang, termasuk Gallant untuk menyetujui hal itu.
Selain itu, Gallant pun membela diri dalam sebuah postingan di X, yang menyatakan bahwa selama pengarahan ia telah menekankan bahwa dirinya bertekad untuk memenuhi tujuan perang dan melanjutkan pertempuran.
Ia juga mengecam apa yang disebutnya kebocoran dan kelalaian yang tak henti-hentinya sejak awal perang.
Sementara itu, Hamas mengomentari pertikaian antara kedua politisi tersebut, dengan salah satu pemimpinnya, Izzat al-Rishq mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pengakuan Gallant menegaskan apa yang selalu Hamas katakan.
"Netanyahu berbohong kepada dunia dan keluarga sandera, ia tidak peduli dengan kehidupan para sandera dan tidak ingin mencapai kesepakatan," ucap al-Rishq.
Pejabat Hamas, beberapa analis dan kritikus di Israel mengatakan Netanyahu juga telah berusaha memperpanjang pertempuran untuk keuntungan politik.
Pada akhir Juli, media Israel melaporkan bahwa Gallant mengkritik kurangnya kesepakatan untuk menjamin pemulangan para sandera, yang ditawan di Gaza sejak serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober.