Negara-negara Muslim Kecam Israel Bantai Warga Palestina, Sengaja untuk Halangi Gencatan Senjata
- ANTARA/Xinhua/Abdul Rahman Salama
Gaza, VIVA – Negara-negara Muslim di seluruh dunia, pada Sabtu, 10 Agustus 2024, mengutuk pengeboman Israel terhadap sebuah sekolah di Gaza yang menampung warga Palestina.
Setidaknya 100 orang tewas dan beberapa lainnya terluka saat pesawat Israel menargetkan warga Palestina yang sedang melaksanakan salat subuh di Sekolah Al-Taba’een di lingkungan Al-Daraj.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Mesir mengutuk serangan itu dan menuduh Tel Aviv memiliki kurangnya niat yang tulus untuk mengakhiri perang yang sedang berlangsung.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa serangan itu adalah pengabaian terang-terangan terhadap hukum internasional dan kemanusiaan.
"Serangan skala besar yang terus-menerus dan tingginya korban sipil meningkat setiap kali upaya untuk menegosiasikan gencatan senjata meningkat," kata Kemlu Mesir, dikutip dari ANews, Senin, 12 Agustus 2024.
Mesir juga menegaskan kembali komitmennya untuk melanjutkan upaya diplomatik guna memastikan bantuan kemanusiaan mencapai Gaza dan untuk mengupayakan kesepakatan gencatan senjata.
Selain Mesir, Sufyan Qudah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, juga menyatakan kecaman negaranya atas pelanggaran hukum internasional dan norma kemanusiaan Israel yang terus berlanjut.
“Serangan terarah ini, yang terjadi pada saat para mediator tengah berupaya melanjutkan negosiasi untuk kesepakatan pertukaran sandera yang dapat berujung pada gencatan senjata permanen, menandakan niat pemerintah Israel untuk menghalangi dan melemahkan upaya ini,” ujarnya.
Juru bicara tersebut pun menyerukan diakhirinya pelanggaran berkelanjutan terhadap hukum internasional oleh Israel dan mendesak agar mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman tersebut dimintai pertanggungjawaban.
Kementerian Luar Negeri Saudi juga mengecam serangan pasukan pendudukan Israel terhadap Sekolah Al-Taba’een.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian menekankan kebutuhan mendesak untuk menghentikan pembantaian di Jalur Gaza, dan mengutuk kelambanan masyarakat internasional dalam meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatannya.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menyebut pengeboman sekolah oleh Israel sebagai agresi terbuka.
"Kami sekali lagi menegaskan kembali tuntutan kami agar para pemimpin dan pasukan keamanan Israel diadili atas genosida warga Palestina dan kejahatan perang yang dilakukan di Palestina," kata Sharif.
Irak juga mengutuk serangan Israel tersebut dengan mengatakan, "Serangan yang terus-menerus terhadap warga sipil ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap norma dan konvensi internasional."
Serangan tersebut juga, menurut Irak, menunjukkan Israel mengabaikan upaya global yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.
Kementerian Irak pun mendesak masyarakat internasional, khususnya negara Islam, untuk mengambil sikap tegas untuk menghentikan agresi Israel terhadap Palestina.
Dengan pengeboman sekolah Al-Taba’een, jumlah total sekolah yang menjadi sasaran tentara Israel di Kota Gaza selama seminggu terakhir telah meningkat menjadi enam, menurut penghitungan Anadolu Ajansi.
Meskipun ada seruan dari para mediator, termasuk Mesir, AS, dan Qatar, untuk menghentikan permusuhan, mencapai gencatan senjata, dan perjanjian pertukaran sandera, Israel tetap melanjutkan serangan mematikannya di Jalur Gaza.
Serangan Israel terhadap Jalur Gaza telah menewaskan hampir 39.800 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas.