Sepak Terjang Muhammad Yunus, Pemimpin Baru Bangladesh yang Sukses Atasi Kemiskinan
- sahakarinepal.com
Dhaka , VIVA – Peraih Nobel Muhammad Yunus telah ditunjuk sebagai Pemimpin Pemerintahan sementara Bangladesh pada Selasa, 6 Agustus 2024 waktu setempat.
Ia diangkat sehari setelah Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina Kabur ke Delhi India menggunakan helikopter militer di tengah kerusuhan mematikan yang telan korban tewas mencapai 300 orang.
Massa yang terdiri dari Mahasiswa melakukan protes terhadap kuota Pegawai Negeri Sipil yang mencapai 30 persen untuk keluarga veteran perang kemerdekaan Bangladesh tahun 1971 yang diterapkan kembali saat Hasina memimpin.
Pemimpin Pemerintahan sementara Bangladesh Muhammad Yunus adalah seorang peraih Nobel yang dikenal sebagai "bankir bagi kaum miskin".
Dilansir CNN, Ia menyabet hadiah Nobel pada 2006 atas karya perintisnya di bidang keuangan mikro yang membantu mengurangi kemiskinan di Bangladesh yang kemudian diadopsi secara luas di seluruh dunia.
"Saya merasa sulit untuk mengajarkan teori-teori ekonomi yang elegan di ruang kelas universitas, di tengah-tengah kelaparan yang mengerikan di Bangladesh. Tiba-tiba, saya merasakan kekosongan teori-teori tersebut di tengah kelaparan dan kemiskinan yang parah," kata Yunus dalam ceramah Nobelnya tahun 2006 setelah menerima penghargaan tersebut.
“Saya ingin melakukan sesuatu yang cepat untuk membantu orang-orang di sekitar saya, meskipun itu hanya satu orang, agar dapat menjalani hari dengan lebih mudah,” sambungnya seperti dilansir CNN.
Yunus juga sebagai kritikus yang sering mengkritik perdana menteri Sheikh Hasina yang dinilainya semakin otoriter.
Pria kelahiran Chittagong 1949 itu menempuh pendidikannya di Universitas Dhaka, ia juga berhasil mendapatkan beasiswa Fulbright di Universitas Vanderbilt di Amerika Serikat, gelar Ph.D. bidang ekonomi berhasil diraihnya.
Yunus mulai memberikan pinjaman kecil dari dompetnya sendiri kepada penduduk termiskin di komunitasnya hingga akhirnya mendirikan Grameen Bank pada tahun 1983.
Yunus dan Grameen Bank dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2006, setelah memberikan pinjaman sekitar USD 6 miliar dalam bentuk pinjaman perumahan, pinjaman mahasiswa, dan pinjaman usaha mikro, dan khususnya dalam mendukung perempuan Bangladesh.
Ia pun menegaskan kalau Grameen Bank bukan untuk menghasilkan uang, akan tetapi untuk membantu kaum miskin dan memberdayakan usaha kecil.
Namun perselisihan dengan pemerintahan Hasina terjadi pada 2011, di mana bank sentral yang dikendalikan pemerintah Bangladesh memberhentikan Yunus sebagai direktur pelaksana Grameen Bank, dengan alasan ia telah melampaui usia pensiun wajib.
Bahkan pada tahun-tahun berikutnya, Yunus terlibat dalam sejumlah kasus hukum yang menurut para pendukungnya merupakan akibat dari dirinya yang menjadi sasaran tidak adil dari pihak berwenang.
Ia pun pernah dituduh lakukan penggelapan, Pemerintah Hasina menegaskan tindakannya terhadap Yunus tidak bermotif politik, tetapi bankir membantahnya.