Iran Pindahkan Rudal Hingga Latihan Militer untuk Persiapan Perang dengan Israel
- energyintel.com
Washington, VIVA – Iran dilaporkan memindahkan peluncur rudal dan melakukan latihan militer sebagai persiapan untuk serangan balasan terhadap Israel, setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh. Hal itu disampaikan oleh pejabat AS.
"Waktu dan spesifikasi serangan Iran masih belum jelas, namun hal itu tidak menghentikan Israel dari persiapan dan AS untuk membantu upaya perangnya," kata pejabat yang tidak diketahui namanya itu.
Dilansir dari The New Arab, Rabu, 7 Agustus 2024, pemerintah Biden bekerja sama dengan Israel untuk menggagalkan kemungkinan serangan dari Iran seperti, yang dilakukannya pada bulan April lalu.
Kepala Komando Pusat Amerika Serikat (Centcom) telah mendarat di Israel sebagai persiapan untuk serangan balasan dan mengadakan pertemuan dengan kepala tentara Israel untuk mengoordinasikan pertahanan.
Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa Tel Aviv akan mempertimbangkan untuk meluncurkan serangan pendahuluan terhadap Iran jika intelijennya menemukan bukti kuat bahwa Teheran sedang mempersiapkan serangan.
Iran dan Hamas telah bersumpah untuk membalas dendam setelah pembunuhan Haniyeh dengan mengatakan Israel akan menerima hukuman berat pada waktu, tempat, dan cara yang tepat.
IRGC juga mengatakan bahwa pembunuhan itu didukung oleh pemerintah kriminal Amerika Serikat. Namun, Washington menegaskan bahwa AS tidak mengetahui atau terlibat dalam pembunuhan tersebut.
AS juga dilaporkan khawatir serangan dari Iran mungkin disertai dengan serangan dari gerakan Lebanon Hizbullah dan proksi Iran lainnya di kawasan tersebut.
Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken bekerja sepanjang waktu untuk meredakan ketegangan di Timur Tengah, dan terlibat dalam diplomasi untuk mencoba meredakan ketegangan antara Iran dan Israel.
"Semua pihak harus menahan diri dari eskalasi," kata Blinken saat upacara penandatanganan dengan mitranya dari Australia di Washington.
"Semua pihak harus mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan. Eskalasi tidak menguntungkan siapa pun. Itu hanya akan menyebabkan lebih banyak konflik, lebih banyak kekerasan, lebih banyak ketidakamanan."