Mayoritas Persen Warga Inggris Setuju Militer Turun Tangan untuk Redam Kerusuhan

Demonstran berhadapan dengan polisi di Rotherham, Inggris
Sumber :
  • Danny Lawson/PA via AP

London, VIVA – Menurut jajak pendapat YouGov, 62 persen warga Inggris mendukung penggunaan militer untuk mengakhiri kerusuhan, yang pecah pada minggu lalu setelah serangan pisau mematikan terhadap anak-anak di Southport.

Komandan PMPP TNI Sematkan Baret Biru UN Kepada 22 Prajurit Pilihan Satgas Level II Hospital UNIFIL

Pada hari Senin, 5 Agustus 2024, Menteri Pertahanan Inggris John Healey mengatakan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan tentara untuk membantu menangani kerusuhan.

Melansir dari The Sundaily, Rabu, 7 Agustus, pada saat yang sama, 28 persen responden menentang gagasan melibatkan tentara untuk menekan gelombang protes.

Brigjen TNI Umar Farouq Lantik Mayor Marinir Tutang Jadi Komandan Denma Pasmar 1

Demonstran membakar mobil di Middlesbrough, Inggris

Photo :
  • Owen Humphreys/PA via AP

Laporan tersebut menambahkan bahwa 52 persen warga Inggris menyatakan pendapat bahwa polisi melakukan pekerjaan dengan baik dalam menangani kerusuhan, tetapi persentase responden yang sama percaya bahwa tanggapan mereka terhadap kerusuhan tersebut tidak cukup keras.

TNI AL Uji Coba Makan Siang Bergizi Gratis Serentak di 18 Titik Seluruh Indonesia

"Selain itu, 64 persen responden mendukung penggunaan gas air mata terhadap pengunjuk rasa, dengan 75 persen mendukung penggunaan meriam air dan taser," menurut laporan itu.

Jajak pendapat yang dilakukan pada 5-6 Agustus dan mensurvei 2.114 orang itu juga menemukan bahwa 72 persen warga Inggris mendukung gagasan pemberlakuan jam malam.

Demonstran sayap kanan berunjuk rasa menentang masuknya migran ke seluruh negeri, setelah adanya laporan menunjukkan bahwa pelaku penusukan mematikan di klub dansa anak-anak di Southport adalah seorang migran.

Ilustrasi pengamanan aksi unjukrasa Inggris

Photo :
  • ANTARA

Penyerang itu kemudian diidentifikasi sebagai seorang anak laki-laki kelahiran Welsh keturunan Rwanda.

Serangan itu terjadi pada 29 Juli, yang mengakibatkan kematian tiga anak dan cedera pada beberapa orang lainnya.

Polisi menangkap anak laki-laki berusia 17 tahun itu dan mendakwanya dengan tiga tuduhan pembunuhan dan 10 tuduhan percobaan pembunuhan. Namun, serangan itu tidak dinilai sebagai tindakan terorisme.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya