Lebanon Siaga Militer, AS dan Inggris Minta Warganya Buru-buru Pulang
- AP Photo
Beirut, VIVA – Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengeluarkan peringatan kepada warga negara mereka untuk segera meninggalkan Lebanon di tengah kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas dengan Israel.
Kedutaan Besar AS di Beirut, pada Sabtu, 3 Agustus 2024, mengatakan penerbangan oleh beberapa maskapai telah dibatalkan, tetapi pilihan transportasi komersial untuk meninggalkan Lebanon tetap tersedia.
"Kami mendorong mereka yang ingin meninggalkan Lebanon untuk memesan tiket apa pun yang tersedia bagi mereka, bahkan jika penerbangan itu tidak segera berangkat atau tidak mengikuti rute pilihan pertama mereka. Warga negara AS yang kekurangan dana untuk kembali ke AS dapat menghubungi kedutaan untuk mendapatkan bantuan keuangan melalui pinjaman repatriasi," kata Kedubes AS di Beirut, dikutip dari The Sundaily, Senin, 5 Agustus 2024.
AS juga mendesak mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Lebanon untuk mempersiapkan rencana darurat untuk situasi darurat dan bersiap untuk berlindung di tempat aman untuk jangka waktu yang lama.
Selain itu, Inggris pun menekankan bahwa pemerintahnya terus menyarankan agar warga negaranya tidak melakukan semua perjalanan ke Lebanon dan menyarankan warga negara Inggris yang masih berada di negara itu untuk segera pergi selagi pilihan komersial masih tersedia.
“Pakar konsuler akan membantu perencanaan strategis dan menanggapi pertanyaan dari warga negara Inggris untuk memastikan mereka mendapatkan bantuan dan saran yang mereka butuhkan, dan Pasukan Perbatasan telah mengerahkan petugas yang siap membantu operasi konsuler,” kata pemerintah Inggris.
Negara tersebut mencatat bahwa mereka mengirim pejabat ke Timur Tengah, termasuk Lebanon, untuk memberikan dukungan tambahan kepada staf kedutaan sebagai bagian dari perencanaan persiapan pemerintah untuk berbagai kemungkinan skenario konflik, dan dengan meningkatnya ketegangan regional.
Menyusul perkembangan terkini di Timur Tengah, maskapai penerbangan dari AS, Belanda, India, Inggris, Jerman, Swiss, Italia, Yunani, Prancis, dan Polandia mengumumkan bahwa mereka telah membatalkan beberapa penerbangan ke Israel dan Lebanon karena alasan keamanan.
Sebagai informasi, Lebanon saat ini berada dalam kondisi keamanan dan siaga militer yang lebih ketat menyusul serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada pekan lalu, yang mengakibatkan terbunuhnya pemimpin senior Hizbullah Fuad Shukr.
Tel Aviv mengatakan bahwa serangan itu merupakan respons terhadap pembunuhan warga sipil di kota Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki akhir minggu lalu, meskipun Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.
Pada hari Kamis, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah menjanjikan respons yang sungguh-sungguh dan substansial terhadap pembunuhan Shukr, dengan menegaskan bahwa konfrontasi dengan Israel telah memasuki fase baru. Yang artinya, beralih dari sekadar mendukung Gaza menjadi pertempuran besar yang terbuka.
Kekhawatiran juga meningkat akan terjadinya perang besar-besaran antara Israel dan kelompok perlawanan Lebanon di tengah baku tembak lintas perbatasan selama berbulan-bulan.
Eskalasi ini terjadi di tengah serangan gencar Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.000 warga Palestina sejak Oktober 2023.