Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas di Teheran, Ini Kiprah dan Perjuangannya untuk Palestina
- latimes.com
Teheran, VIVA – Korps Garda Revolusi Iran mengonfirmasi pada hari Rabu, 31 Juli 2024 bahwa pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, tewas bersama salah satu pengawalnya di Teheran.
RGC mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk mencari tahu penyebab insiden tersebut. Pernyataan itu juga menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Palestina, dunia Muslim, dan para pejuang Front Perlawanan atas kematian Haniyeh.
Insiden tersebut terjadi menyusul kehadiran Haniyeh pada pelantikan presiden baru Iran dan pertemuannya dengan Pemimpin Tertinggi Iran pada hari Selasa, 30 Juli 2024.
Seberapa penting peran Ismail Haniyeh pada Hamas?
Ismail Haniyeh adalah tokoh politik Palestina terkemuka yang telah memainkan peran penting dalam lanskap politik Timur Tengah yang kompleks. Dengan karier yang diwarnai pasang surut, perjalanan Haniyeh mencerminkan perjuangan abadi untuk penentuan nasibnya sendiri dan kenegaraan Palestina, seperti yang dilansir dari The Economics Times pada Rabu, 31 Juli 2024.
Ia memerintahkan serangan baru-baru ini terhadap Israel selama akhir pekan yang mengakibatkan lebih dari 1.500 kematian pada kedua belah pihak.
Kehidupan Awal dan Latar Belakang
Ismail Haniyeh lahir pada tanggal 29 Januari 1962, di kamp pengungsi Shati di Jalur Gaza, daerah kantong pantai padat penduduk yang kini telah menjadi titik fokus konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade.
Tumbuh di kamp pengungsi, Haniyeh mengalami kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh warga Palestina dalam upaya mereka untuk mendapatkan kemerdekaan negara.
Perjalanan politik Haniyeh terkait erat dengan kebangkitan Hamas, organisasi politik dan militan Palestina. Didirikan pada akhir 1980-an, Hamas bertujuan untuk melawan pendudukan Israel dan menyediakan layanan sosial bagi warga Palestina yang membutuhkan.
Keterlibatan Haniyeh dengan Hamas dimulai pada awal 1990-an ketika ia terlibat dengan kegiatan amal dan kemudian sayap politiknya.
Ia naik pangkat di Hamas dan komitmennya terhadap perjuangan Palestina serta keterampilan kepemimpinannya dengan cepat menjadi bukti. Kepemimpinan Haniyeh selama Intifada Kedua, periode konflik yang semakin intensif antara warga Palestina dan Israel, melambungkannya ke garis depan politik Palestina.
Perdana Menteri Otoritas Palestina
Pada tahun 2006, setelah pemilihan umum demokratis di wilayah Palestina, Ismail Haniyeh memangku jabatan Perdana Menteri Otoritas Palestina. Namun, periode ini ditandai oleh konflik internal antara Hamas dan pesaingnya, Fatah, yang menguasai Tepi Barat.
Perselisihan internal ini meningkat menjadi konfrontasi kekerasan pada tahun 2007, yang berujung pada pengusiran pasukan Fatah dari Gaza.
Masa jabatan Haniyeh sebagai Perdana Menteri dirusak oleh tantangan politik dan ekonomi, serta isolasi internasional terhadap pemerintah Hamas.
Tantangan dan Kontroversi
Kepemimpinan Ismail Haniyeh telah menghadapi pengawasan ketat dan kontroversi. Klasifikasi Hamas sebagai organisasi teroris oleh beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, telah menimbulkan tantangan yang signifikan bagi Haniyeh dan Jalur Gaza.
Wilayah tersebut telah bergulat dengan blokade yang diberlakukan oleh Israel dan Mesir, yang menyebabkan kesulitan ekonomi, krisis kemanusiaan, dan akses terbatas ke kebutuhan dasar.
Lebih jauh lagi, Haniyeh dan Hamas telah terlibat dalam konflik dengan Israel, termasuk beberapa konfrontasi militer yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan kerusakan besar di Jalur Gaza.
Konflik-konflik ini telah menuai kecaman internasional dan dukungan regional. Haniyeh telah ditangkap oleh otoritas Israel beberapa kali karena keterlibatannya dalam pemberontakan Palestina melawan Israel.