Keamanan Sangat Ketat, Kok Bisa Donald Trump Ditembak?
- AP Photo/Gene J. Puskar
Washington – Banyak pertanyaan yang bermunculan tentang bagaimana petugas polisi dan Dinas Rahasia (Secret Service), yang bertugas mengamankan kampanye calon presiden AS, Donald Trump, membiarkan seorang pria bersenjata melancarkan aksinya untuk mencelakai mantan presiden itu.
Thomas Matthew Crooks, diketahui dapat mengakses atap gedung dekat acara kampanye Trump, di Butler County, Pennsylvania.
Melansir dari Saudi Gazette, Selasa, 16 Juli 2024, dari tempat dia menembak ke arah Trump sekitar berjarak 130m (430 kaki).
Dinas Rahasia AS sejak itu mengatakan bahwa mereka telah menugaskan polisi setempat untuk menangkap pria tersebut, dan melindungi Trump.
Trump terluka di telinga bagian kanan, sedangkan satu orang pendukung Trump tewas dan dua lainnya luka parah.
Juru bicara Dinas Rahasia Anthony Guglielmi mengatakan bahwa lembaganya mengandalkan polisi setempat untuk membantu.
Dia juga mengatakan bahwa anggotanya bertanggung jawab mengamankan bagian dalam area kampanye, sementara polisi setempat mengamankan area luar, termasuk bangunan pribadi yang digunakan oleh pria bersenjata tersebut.
Departemen sheriff setempat mengatakan pihaknya tidak bertanggung jawab atas area di mana bangunan tersebut berada.
Seorang juru bicara mengatakan kepada BBC bahwa mereka menyediakan semua sumber daya, yang diminta oleh Dinas Rahasia, termasuk 30 dan 40 tentara di dalam perimeter.
Banyak pengamat mempertanyakan bagaimana penjaga keamanan gagal untuk mencegah pria bersenjata itu lolos dan menembak Donald Trump.
Peserta yang berada di area itu mengatakan bahwa mereka telah melihat tersangka di atap beberapa menit sebelum penembakan terjadi, sementara Sheriff Butler County Michael Slupe mengatakan seorang petugas keamanan setempat juga telah melihatnya tetapi tidak dapat menghentikannya.
Sheriff mengakui ada "kegagalan" dalam pengamanan tempat tersebut, namun ia yakin tidak ada satu pihak pun yang bisa disalahkan.
"Merupakan hal yang biasa bagi Dinas Rahasia AS untuk mengandalkan bantuan polisi setempat ketika mengamankan demonstrasi," kata Jason Russell, pendiri Secure Environments Consultants yang pernah bekerja sebagai Secret Service sejak 2002 hingga 2010.
“Dinas Rahasia tidak memiliki sumber daya yang tidak terbatas dalam jumlah anggota, yang dapat ditempatkan di mana pun,” lanjut Russell.
Dia mengatakan bahwa para agen biasanya memeriksa lokasi acara kampanye beberapa hari sebelumnya untuk mengembangkan rencana keamanan yang kemudian dibagikan kepada lembaga kepolisian setempat.
Dalam kasus ini, dia mengatakan bahwa gedung yang digunakan pria bersenjata itu berada berada di luar lokasi resmi acara tersebut, dan sebenarnya merupakan tanggung jawab polisi setempat.
Dalam sebuah acara, dia mengatakan komunikasi dibagikan kepada setiap lembaga yang terlibat. Namun, ia menambahkan bahwa dalam 10 detik yang lengah, membuat waktu yang cukup bagi seorang pria bersenjata untuk melepaskan beberapa tembakan.
Atap tersebut merupakan kerentanan yang diketahui sebelum kejadian tersebut, menurut NBC News, yang mengutip dua sumber yang mengetahui operasi Dinas Rahasia.
Russell mengatakan kemungkinan besar agen Dinas Rahasia mengidentifikasi bangunan itu sebagai ancaman, dan telah meminta pihak berwenang setempat untuk menempatkan petugas di dekatnya untuk mencegah akses masuk.
“Apa pun alasannya, hal itu tidak terjadi,” katanya.
Salah satu saksi, Thomas Gleason, yang bertugas selama 21 tahun di Angkatan Darat AS sebagai penerjun payung dan penjaga hutan, mengatakan seharusnya ada keamanan yang lebih besar untuk ancaman jangka panjang.
"Melihat jarak dan sudut pandang, jika seseorang mencoba membunuh (Trump), itu akan menjadi titik tembak yang paling logis,” ucap Gleason.
FBI kemudian mengambil alih peran penyelidik utama atas insiden tersebut, dan penembakan tersebut kini menjadi subyek beberapa penyelidikan lain oleh DPR dan Senat.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Alejandro Mayorkas menyebutnya sebagai kegagalan keamanan, dan mengatakan kepada CNN bahwa insiden seperti ini seharusnya tidak terjadi lagi.
Direktur Dinas Rahasia AS, Kimberly Cheatle mengatakan pada hari Senin, 15 Juli 2024, bahwa lembaganya bekerja sama dengan polisi federal dan lokal untuk memahami apa yang terjadi, bagaimana hal itu terjadi, dan bagaimana mereka dapat mencegah insiden seperti ini terjadi lagi.
Dia menambahkan bahwa dia akan bekerja sama dengan penyelidikan kongres apa pun atas penembakan tersebut.
Cheatle diketahui akan menghadapi Komite Pengawasan dan Akuntabilitas DPR pada 22 Juli mendatang.
Anggota komite Partai Republik juga meminta Dinas Rahasia untuk memberikan bukti termasuk komunikasi internal, rekaman audio dan video, pesan kepada penegak hukum setempat, peta, diagram, dan penilaian pra-kejadian.