Ragu Joe Biden Kalahkan Trump, Anggota Partai Demokrat: Dia Harus Mundur, Tak Bisa Menang
- X/Globe Eye News
Washington – Internal Partai Demokrat dilanda kekhawatiran terkait kemampuan Joe Biden untuk bisa memenangkan Pilpres AS melawan Donald Trump. Momen kekhawatiran itu terlihat saat anggota parlemen AS Partai Demokrat berkumpul secara tertutup, pada Selasa, 9 Juli 2024.
Mereka takut menurunnya prospek kemenangan Joe Biden dalam Pilpres AS ke-60 pada 5 November 2024. Dalam dinamikanya, Joe Biden menolak seruan beberapa anggota partai untuk mundur dari pencalonan dan mau mengakhiri kampanyenya.
Puluhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrat sudah secara terbuka minta petahana berusia 81 tahun itu untuk mundur. Harapannya Biden mau mundur lalu dia mengizinkan orang lain untuk melawan Donald Trump dari Partai Republik.
Pun, sejumlah kader juga sudah menyuarakan kekhawatiran soal peluang Biden bisa menang karena merujuk penampilannya dalam debat sebagai capres petahana.
Penampilan Biden itu menimbulkan pertanyaan baru mengenai kemampuannya untuk melakukan kampanye. Begitu juga Biden diragukan untuk melakukan pekerjaan memimpin negara super power itu dalam 4 tahun berikutnya.
“Dia hanya harus mundur. Dia tidak bisa menang,” kata perwakilan Partai Demokrat, Mike Quigley dikutip dari the sundaily pada Kamis, 11 Juli 2024.
Mike Quigley adalah salah satu dari enam anggota parlemen yang mendesak Biden agar bersedia mengakhiri kampanyenya. “Rekan-rekan saya perlu menyadari hal itu," lanjut Mike.
Meski demikian, masih ada dukungan untuk Biden dari banyak politikus Demokrat. Mereka menyampaikan tak akan meninggalkan presiden mereka, dan tetep mendukung Biden untuk tetap memimpin AS di periode mendatang.
Salah satu alasannya dukung Biden karena ogah bila Donald Trump menang.
“Saya pikir dia adalah harapan terbaik kita untuk memastikan Donald Trump tidak kembali menjabat,” kata anggota partai lainnya, Shri Thanedar kepada wartawan.
Kondisi keretakan antar anggota Partai Demokrat itu malah berdampak terhadap pergerakan tim kampanye Biden yang kesulitan membendung pembelotan.
Biden sebelumnya mengatakan pada hari Senin, 8 Juli 2024, melalui telepon bahwa dia tak akan mundur. Ini adalah sebuah pesan yang dia ulangi kepada para elite lain yang mendukungnya melalui telepon pribadi.
Biden juga sudah berbicara dengan anggota kongres Kaukus Kulit Hitam yang dukungannya bisa bantu dukung kampanyenya. Hal itu mengingat pentingnya pemilih kulit hitam bagi basis partainya.
Ketua Kaukus, Steve Horsford, mengatakan pada beberapa hari lalu bahwa dia masih mendukung Biden sebagai capres AS.
Namun, ada anggota parlemen senior yang mendukung Biden mengatakan dia perlu berbuat lebih banyak untuk meredakan kekhawatiran pemilih mengenai kemampuannya.
“Kita perlu melihat kandidat yang jauh lebih kuat dan energik dalam kampanye dalam waktu dekat,” kata Senator Demokrat, Patty Murray.
Murray yang juga merupakan Ketua Komite Alokasi Senat menambahkan Biden harus serius pertimbangkan cara terbaik untuk melestarikan warisannya yang luar biasa.
Saat Biden jadi tuan rumah pertemuan pemimpin NATO di Washington, membuatnya bisa menunjukkan bahwa ia masih bisa jabat sebagai pemimpin global.
Sementara, Wakil Presiden AS Kamala Harris dipandang sebagai kandidat yang paling mungkin menggantikan Biden jika ia mundur.
Haris bisa berkampanye di Nevada, salah satu dari sedikit negara bagian yang jadi medan pertempuran yang mungkin menentukan suara kemenangan di pemilu.
Adapun Trump menyampaikan pernyataannya di Fox News beberapa hari lalu bahwa ia memperkirakan Biden akan tetap bersaing. Kata dia, Biden juga berjanji untuk bertahan, dengan alasan bahwa figur Trump merupakan ancaman unik bagi demokrasi.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat terutama di DPR juga khawatir perjuangan Biden bisa merusak peluang mereka untuk menjadi suara mayoritas. Cara itu bisa jadi satu-satunya benteng Partai Demokrat melawan Trump jika ia menang. Diketahui, Partai Republik saat ini sebagai mayoritas kursi (220-213) di DPR AS.