4 Lesbian Dibakar Hidup-hidup, Kemarahan Publik ke Presiden Argentina Meningkat

Ilustrasi LGBT
Sumber :
  • Pixabay

Buenos Aires – Serangkaian serangan mengejutkan terjadi di Argentina. Pada 6 Mei lalu, empat wanita lesbian dibakar, dan hanya satu dari mereka yang selamat. Peristiwa ini terjadi di sebuah rumah kos di kawasan Barracas, Buenos Aires, tempat Pamela Fabiana Cobas, Mercedes Roxana Figueroa, Andrea Amarante, dan Sofia Castro Riglo berbagi kamar.

Daud Yordan Siap Tumbangkan Petinju Argentina di Ajang IBA World Super Lightweight Championship

Saksi mata mengatakan seorang pria menerobos masuk dan melemparkan alat pembakar yang menyebabkan para wanita tersebut terbakar.

Pemadam kebakaran (Foto ilustrasi)

Photo :
  • Ridwan Putra/VIVA.co.id
Blak-blakan, Thariq Halilintar Ungkap Isi Hati Usai Menikah dengan Aaliyah Massaid

Pamela meninggal segera setelah itu. Rekannya, Roxana, meninggal beberapa hari kemudian karena kegagalan organ, dan Andrea meninggal pada 12 Mei di rumah sakit.

Rekan Andrea, Sofía, adalah satu-satunya yang selamat. Dia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk memulihkan diri di rumah sakit dan masih hidup hingga saat ini hanya karena Andrea menindihnya untuk melindunginya dari kobaran api, menurut pengacara Sofia, Gabriela Conder, kepada CNN.

Viral Pernikahan Putri Norwegia dengan Dukun, Simak Profil Princess Martha Louise

“Pasangannya menyelamatkannya,” kata Conder, dikutip dari CNN Internasional, Selasa, 9 Juli 2024.

Para pembela hak-hak LGBTQ setempat mengutuk serangan tersebut sebagai kejahatan rasial dan pembunuhan lesbisida, dengan mengatakan bahwa para perempuan itu menjadi sasaran karena identitas seksual mereka.

Polisi telah menangkap seorang pria berusia 62 tahun yang tinggal di gedung tersebut, namun menurut Conder, saat ini mereka tidak menganggap insiden itu sebagai kejahatan rasial karena motifnya masih belum jelas.

Bagi kelompok LGBTQ di Argentina, yang banyak di antaranya berencana memperingati empat perempuan tersebut dalam unjuk rasa akhir pekan ini, serangan tersebut merupakan manifestasi ekstrem dari apa yang mereka anggap sebagai gelombang permusuhan yang semakin besar terhadap kaum LGBTQ.

Pihak yang paling mereka salahkan atas meningkatnya intoleransi ini adalah para penguasa. Yang paling utama di antara mereka, kata mereka, adalah pemimpin sayap kanan baru di negara itu, Javier Milei.

“Segala sesuatunya berubah karena pemerintahan baru Javier Milei,” ucap Maria Rachid, kepala Institut Anti Diskriminasi di Kantor Ombudsman di Buenos Aires, serta anggota dewan dan pendiri Federasi LGBT Argentina (FALGBT).

“Sejak awal pemerintahan baru, ada pejabat pemerintah nasional yang mengekspresikan diri mereka dengan cara yang diskriminatif dan ujaran kebencian berasal dari tempat-tempat yang memiliki begitu banyak kekuasaan, tentu saja, apa yang mereka lakukan adalah menghasilkan, bahkan melegitimasi dan mendukung tindakan-tindakan diskriminatif tersebut. Ini posisi yang kemudian diekspresikan dengan kekerasan dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Rachid.

Sebelumnya, ketika Milei mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2023, ia dan partainya dituduh melontarkan pernyataan yang menyinggung komunitas LGBTQ, yang dianggap sebagai ujaran kebencian oleh banyak kelompok, termasuk National Observatory of LGBTQ Hate Crimes di Argentina.

Ilustrasi/Kelompok Pro Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender (LGBT).

Photo :
  • VIVA.co.id/Arus Pelangi

Dalam wawancara di YouTube menjelang pemilu bulan November, Milei menegaskan bahwa dia tidak menentang pernikahan sesama jenis, namun dalam wawancara yang sama, dia membandingkan homoseksualitas dengan berhubungan seks dengan binatang.

“Apa peduliku dengan preferensi seksualmu? Jika Anda ingin bersama gajah, dan Anda mendapat persetujuan dari gajah tersebut, itu adalah masalah antara Anda dan gajah tersebut,” katanya, yang membuat marah komunitas LGBTQ.

Komunitas itu juga menyebut komentar tersebut tidak manusiawi.

Pada akhir bulan Oktober, anggota kongres terpilih Diana Mondino, yang kemudian menjadi menteri luar negeri Milei, mengatakan kepada pewawancara bahwa dia mendukung kesetaraan pernikahan secara teori, namun pada saat yang sama, mengbandingkannya dengan hewan kutu.

“Sebagai seorang liberal, saya mendukung proyek kehidupan setiap orang. Ini jauh lebih luas dari kesetaraan pernikahan. Izinkan saya berbicara lebih. Jika Anda memilih untuk tidak mandi dan penuh kutu, itu adalah pilihan Anda, itu saja. Nanti jangan mengeluh kalau ada yang tidak suka kamu punya kutu," pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya