Kepedihan Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat 737 MAX Setelah 8 Tahun Berlalu
- Mike Siegel/The Seattle Times
Washington – Akhir-akhir ini Boeing menjadi perbincangan publik, setelah mengaku bersalah atas kecelakaan maut Lion Air-Ethiopian Airlines, yang melibatkan pesawat Boeing 737 MAX.
Kerabat dari 346 orang yang tewas dalam kecelakaan pada bulan Oktober 2018 dan Maret 2019 (Lion Air dan Ethiopian Airlines) sangat marah atas nota pembelaan Boeing, yang diungkapkan oleh jaksa Departemen Kehakiman dalam pertemuan online dengan keluarga dan pengacara.
Meski menawarkan sejumlah uang sebagai ganti rugi, pihak keluarga korban justru ingin Boeing diadili.
"Nota pembelaan ini menawarkan kesempatan lain bagi Boeing untuk menyembunyikan kesalahan mereka dari publik,” kata Ike Riffel, warga California yang kedua putranya tewas dalam kecelakaan pesawat 737 MAX.
"Keluarganya sangat kecewa, tapi kami bersumpah untuk terus berjuang," sambungnya, dikutip dari AP, Selasa, 9 Juli 2024.
Paul Cassell, mantan hakim federal yang mewakili beberapa keluarga korban juga menyebut perjanjian itu sebagai kesepakatan yang manis bagi Boeing.
Beberapa pengacara keluarga yang terlibat dalam kasus ini mengatakan bahwa kesepakatan pembelaan Boeing seharusnya tidak dilakukan sama sekali.
"Meskipun saya pribadi lebih memilih penuntutan yang lebih tegas, pengakuan bersalah atas suatu kejahatan merupakan langkah serius dari perjanjian tahun 2021 antara Boeing dan Departemen Kehakiman," kata Mark Lindquist, seorang pengacara yang menggugat Boeing atas nama penumpang yang selamat dari insiden 737 Max yang menakutkan di awal tahun ini.