Presiden Turki Erdogan Desak Israel Hentikan Pembantaian di Gaza
- middleeastmonitor.com
VIVA – Serangan Israel ke Palestina sejak bulan Oktober 2023 telah menyebabkan korban jiwa dan kerusakan yang signifikan di wilayah Gaza, dengan 13 rumah sakit berfungsi secara parsial, dua berfungsi minimal, dan 21 tidak berfungsi sama sekali. Bantuan kemanusiaan dari PBB dan lembaga lainnya juga menjadi terhambat.
Menurut laporan dari otoritas kesehatan lokal, lebih dari 38.000 warga Palestina tewas, dengan sebagian besar korban perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 87.000 lainnya mengalami luka-luka.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Putusan terbaru menghendaki Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota Rafah selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota tersebut diserang pada 6 Mei 2024.
Hingga saat ini, Palestina mengalami krisis kemanusiaan yang parah, dengan 85% penduduk Gaza yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena kerusakan infrastruktur, kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Minggu, 7 Juli 2024 mengkritik tindakan Israel dan mendesaknya untuk menghentikan serangan tidak manusiawi di Gaza yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
“Israel harus berhenti melanjutkan pembantaian ini dan mengakhiri serangan tidak manusiawi ini,” kata Presiden Erdogan.
Menurut Erdogan, Israel terus melakukan serangan dan pembantaian, serta melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional. Erdogan juga mengomentari kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza, menyatakan ada perkembangan positif di Doha, di mana kepala agen intelijen Israel, Mossad, baru-baru ini mengadakan pembicaraan.
"Mereka sekarang menyatakan gencatan senjata bisa terjadi 'kapan saja'. Dengan kata lain, kapan saja, berita yang tepat bisa terdengar dari sana. Namun, masalahnya adalah sikap Netanyahu," ungkapnya.
Turki dengan tegas telah menyatakan berulang kali bahwa konflik Palestina dan Israel harus diselesaikan dan solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967 akan memastikan perdamaian yang langgeng.
Gagasan solusi dua negara tersebut membagi wilayah yang dikuasai Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967 menjadi dua negara yang berdampingan. Israel akan mendapatkan wilayah yang ada sebelum 1967, termasuk Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur, sedangkan Palestina akan mendapatkan wilayah Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza, serta memiliki koridor yang menghubungkan Tepi Barat dan Gaza.
Erdogan juga mengimbau Israel untuk menghentikan niatnya untuk memperluas konflik di Lebanon setelah eskalasi antara Israel dan Hizbullah.
"Israel harus membatalkan niatnya untuk menyebarkan konflik ke wilayah tersebut, dan negara-negara Barat, khususnya AS, harus menarik dukungan mereka terhadap Israel pada saat ini,” katanya.