Masoud Pezeshkian jadi Presiden Iran Menggantikan Ebrahim Raisi yang Meninggal Kecelakaan

Calon Presiden Terpilih Iran Masoud Pezeshkian (Doc: AP Photo/ Vahid Salemi)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Teheran – Kandidat reformis Iran, Masoud Pezeshkian, pada Sabtu, 6 Juli 2024, memenangkan pemilihan presiden, pilpres putaran kedua melawan Saeed Jalili. Hal itu diungkapkan oleh Kementerian Dalam Negeri negara tersebut.

Pilpres 2024 Dinilai Mulai Geser Demokrasi RI Jadi Otokrasi Elektoral yang Mengkhawatirkan

"Pezeshkian mendapatkan lebih dari 16 juta suara dan Jalili mendapat 13 juta dari sekitar 30 juta suara yang diberikan," kata juru bicara otoritas pemilu, Mohsen Eslami.

Dia menambahkan bahwa jumlah pemilih mencapai 49,8 persen. Melansir dari The Sundaily, Sabtu, 6 Juli 2024, jumlah surat suara yang rusak dilaporkan lebih dari 600.000.

Sibuk Politik, 2024 Jadi Tahun yang Penuh Guncangan bagi Krisdayanti

Dalam kontestasi pemilu ini, Pezeshkian berterima kasih kepada para pendukungnya yang datang untuk memilih dengan cinta.

"Kami akan mengulurkan tangan persahabatan kepada semua orang, kita semua adalah warga negara ini, kita harus memanfaatkan semua orang untuk kemajuan negara ini,” katanya di televisi pemerintah.

Putin Klaim Rusia Evakuasi 4.000 Pejuang Iran dari Suriah setelah Assad Digulingkan

Pemilu tersebut, yang diadakan lebih awal setelah kematian Presiden ultrakonservatif, Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter, merupakan pemilu putaran pertama yang ditandai dengan rendahnya jumlah pemilih pada pekan lalu.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang memegang kekuasaan tertinggi sebelumnya menyerukan agar jumlah pemilih lebih banyak dalam pemilu putaran kedua, dan menekankan pentingnya pemilu.

Dia mengatakan, jumlah pemilih pada putaran pertama lebih rendah dari yang diharapkan. Namun tindakan itu tidak melawan sistem pemilu.

Pemungutan suara ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan regional akibat perang Gaza, perselisihan dengan negara-negara barat mengenai program nuklir Iran, dan ketidakpuasan dalam negeri atas keadaan perekonomian Iran yang terkena sanksi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya