Timur Tengah Bergejolak, Iran Ancam Israel Jika Berani Invasi Lebanon
- Edarabia
Teheran – Penasihat pemimpin tertinggi Iran memperingatkan bahwa jika Israel melancarkan serangan habis-habisan terhadap Hizbullah di Lebanon, Iran dan poros perlawanan akan mendukung Lebanon dengan segala cara.
Kamal Kharrazi, penasihat urusan luar negeri Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan bahwa Iran tidak tertarik pada perang regional dan meminta AS untuk memberikan tekanan pada Israel untuk menghentikan eskalasi dengan Hizbullah.
Sebelumnya, para pemimpin Israel telah melontarkan ancaman permusuhan untuk menyerang Lebanon selama berbulan-bulan.
Ancaman-ancaman tersebut, seperti penghancuran Beirut sebagaimana pasukan Israel menghancurkan sebagian besar Gaza, semakin meningkat frekuensinya dalam beberapa pekan terakhir.
Pada 18 Juni, tentara Israel juga menyetujui rencana perang untuk kemungkinan invasi ke Lebanon.
Ketika ditanya apakah Iran akan mendukung Hizbullah secara militer jika terjadi perang besar-besaran dengan Israel, Kharrazi mengatakan, “Semua rakyat Lebanon, negara-negara Arab, dan anggota poros perlawanan akan mendukung Lebanon melawan Israel.”
Poros Perlawanan terdiri dari Hamas dan Jihad Islam Palestina di Gaza, Ansarallah di Yaman, Perlawanan Islam di Irak, Hizbullah di Lebanon, dan Korps Garda Revolusi Islam di Iran.
“Akan ada kemungkinan perluasan perang ke seluruh kawasan, di mana semua negara, termasuk Iran, akan terlibat,” ucap Kharrazi, dikutip dari The Cradle, Kamis, 4 Juli 2024.
“Dalam situasi seperti itu, kami tidak punya pilihan selain mendukung Hizbullah dengan segala cara.”
Dia menambahkan bahwa perluasan perang bukanlah kepentingan siapa pun – baik Iran maupun AS.
Sebagai informasi, Hizbullah hampir setiap hari melancarkan serangan lintas perbatasan dengan Israel sejak 8 Oktober, sehari setelah perang Israel di Gaza dimulai.
Namun, konflik tersebut sebagian besar masih terbatas pada wilayah dekat perbatasan Lebanon-Israel.
Menanggapi ancaman Israel untuk melakukan invasi besar-besaran, misi Iran untuk PBB memperingatkan akan adanya perang yang melenyapkan, dan mengatakan semua pilihan ada di meja perundingan.