Roket Tianlong-3 Milik China Jatuh dan Hancur, Ini Penyebabnya
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Beijing – Sebuah roket milik China jatuh setelah secara tidak sengaja diluncurkan saat uji coba darat, pada Minggu, 30 Juni 2024. Hal itu disampaikan oleh perusahaan roket, Space Pioneer dalam sebuah pernyataan.
Kecelakaan tersebut terjadi saat tahap pertama roket Tianlong-3 terlepas dari landasan peluncurannya saat pengujian dan mengalami kegagalan struktural. Roket itu mendarat di daerah perbukitan kota Gongyi di Tiongkok tengah.
“Karena kegagalan struktural dalam hubungan antara badan roket dan platform uji, roket tahap pertama terpisah dari landasan peluncuran,” kata Space Pioneer, yang juga dikenal sebagai Beijing Tianbing Technology.
“Setelah lepas landas, komputer di dalamnya mati secara otomatis, dan roket jatuh ke pegunungan dalam 1,5 kilometer [0,9 mil] barat daya dari platform pengujian. Badan roket jatuh ke gunung dan hancur," tambahnya, dikutip dari Saudi Gazette, Senin, 1 Juli 2024.
Meski demikian, tidak ada korban luka akibat kecelakaan itu, karena orang-orang di daerah tersebut telah dievakuasi sebelum uji coba roket dilakukan.
Space Pioneer, sebuah perusahaan terkemuka di bidang roket komersial, mengkhususkan diri pada roket berbahan bakar cair.
Pada April 2023, China berhasil meluncurkan roket Tianlong-2, dan menjadikan perusahaan tersebut sebagai operator peluncuran komersial pertama di Tiongkok, yang mengirim roket pembawa cair ke luar angkasa dan berhasil memasuki orbit, menurut media pemerintah.
Tianlong-3, roket yang jatuh pada hari Minggu, adalah roket pembawa cairan berukuran besar. Roket itu dibuat untuk membantu membangun jaringan internet satelit Beijing.
Kinerja produk roket tersebut sebanding dengan Falcon 9 milik SpaceX, menurut Space Pioneer, dan menambahkan bahwa roket tersebut akan mampu meluncurkan roket lebih dari 30 kali per tahun setelah penerbangan pertama roket tersebut berhasil.
Kecelakaan ini terjadi hanya beberapa hari setelah modul bulan Chang’e-6 milik Tiongkok kembali ke Bumi dari luar angkasa, tempat modul tersebut mengumpulkan sampel pertama dari sisi jauh di bulan.
Misi ini merupakan tonggak penting dalam “impian abadi” Beijing, seperti yang diungkapkan oleh Pemimpin China, Xi Jinping, untuk menjadikan Tiongkok sebagai kekuatan luar angkasa yang dominan dan terjadi ketika sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, juga meningkatkan eksplorasi program bulan mereka sendiri.