Daftar Terbaru Pengiriman Senjata, AS Kirim 10.000 Bom ke Israel

VIVA Militer: Rudal balistik Jericho militer Israel
Sumber :
  • india.com

Washington – Pemerintahan Amerika Serikat (AS), yang dipimpin oleh Joe Biden telah mengirimkan amunisi ke Israel dengan lebih dari 10.000 bom seberat 2.000 pon, yang sangat merusak, dan ribuan rudal Hellfire, sejak dimulainya perang di Gaza. Hal itu disampaikan oleh dua pejabat AS yang diberi pengarahan tentang daftar terbaru pengiriman senjata.

Merasa Terganggu, Belarus Terus Pantau Aktivitas 10 Batalion NATO di Dekat Perbatasan

Antara dimulainya perang pada Oktober lalu dan beberapa hari terakhir, Amerika Serikat telah mengirimkan setidaknya 14.000 bom MK-84 seberat 2.000 pon, 6.500 bom seberat 500 pon, 3.000 rudal udara-ke-darat berpemandu presisi Hellfire, 1.000 penghancur bunker.

"Selain itu, 2.600 bom berdiameter kecil yang dijatuhkan dari udara, dan amunisi lainnya," menurut para pejabat, dikutip dari The New Arab, Senin, 1 Juli 2024.

Pernyataan Keras Inggris Menentang Legalisasi Permukiman Ilegal Israel di Tepi Barat

VIVA Militer: Serangan rudal milisi Hizbullah Lebanon ke Israel

Photo :
  • alarabiya.net

Meskipun para pejabat tidak memberikan batas waktu pengiriman tersebut, namun jumlah totalnya menunjukkan bahwa tidak ada penurunan yang signifikan dalam dukungan militer AS kepada sekutunya, meskipun ada seruan internasional untuk membatasi pasokan senjata dan keputusan pemerintah baru-baru ini untuk menghentikan pengiriman senjata ampuh.

Hamas: Dermaga Buatan AS di Gaza Hanya Pertunjukan Politik untuk Selamatkan Muka

Para ahli mengatakan isi kiriman tersebut tampaknya konsisten dengan apa yang dibutuhkan Israel untuk mengisi kembali pasokan yang digunakan dalam serangan militer selama delapan bulan di Gaza.

“Meskipun angka-angka ini dapat dikeluarkan dengan relatif cepat dalam sebuah konflik besar, daftar ini jelas mencerminkan tingkat dukungan yang besar dari Amerika Serikat untuk sekutu Israel kami,” kata Tom Karako, pakar senjata di Pusat Studi Strategis dan Internasional.

Dia menambahkan bahwa amunisi yang terdaftar adalah jenis amunisi yang akan digunakan Israel dalam perjuangannya melawan Hamas atau dalam potensi konflik dengan Hizbullah.

Jumlah pengiriman tersebut, yang belum pernah dilaporkan sebelumnya, memberikan penghitungan amunisi terbaru dan ekstensif yang dikirim ke Israel sejak perang di Gaza dimulai.

Selain itu, Israel dan Hizbullah yang didukung Iran juga telah saling baku tembak sejak dimulainya perang Gaza, dan kekhawatiran meningkat bahwa perang habis-habisan bisa terjadi antara kedua belah pihak.

Gedung Putih menolak berkomentar. Kedutaan Besar Israel di Washington juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Pengiriman tersebut merupakan bagian dari daftar senjata yang lebih besar, yang dikirim ke Israel sejak konflik Gaza dimulai, kata salah satu pejabat AS. Seorang pejabat senior pemerintahan Biden pada hari Rabu, 26 Juni 2024, mengatakan kepada wartawan bahwa Washington sejak 7 Oktober telah mengirimkan bantuan keamanan senilai US$6,5 miliar atau Rp 106,1 triliun ke Israel.

Namun, dalam beberapa pekan terakhir, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa Washington menahan pengiriman senjata mereka, sebuah pernyataan yang berulang kali dibantah oleh para pejabat AS meskipun mereka mengakui adanya “kemacetan” pengiriman.

Pemerintahan Biden telah menghentikan satu pengiriman bom seberat 2.000 pon tersebut, dengan alasan kekhawatiran atas dampaknya terhadap daerah padat penduduk di Gaza, namun para pejabat AS bersikeras bahwa semua pengiriman senjata lainnya tetap berjalan seperti biasa.

Diketahui, satu bom seberat 2.000 pon dapat menembus beton dan logam tebal, sehingga menciptakan radius ledakan yang luas.

Reuters juga melaporkan pada hari Kamis bahwa Amerika Serikat sedang berdiskusi dengan Israel mengenai pelepasan pengiriman bom besar yang ditangguhkan pada bulan Mei karena kekhawatiran tentang invasi ke kota Rafah.

Pengawasan internasional terhadap serangan Israel di Gaza semakin intensif karena jumlah korban tewas warga Palestina akibat perang tersebut telah melebihi 37.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Washington juga memberikan bantuan militer tahunan sebesar US$ 3,8 miliar (Rp 62,06 triliun) kepada sekutu lamanya.

Meskipun Biden telah memperingatkan bahwa ia akan memberikan persyaratan pada bantuan militer jika Israel gagal melindungi warga sipil dan mengizinkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, namun ia belum melakukannya selain menunda pengiriman pada bulan Mei.

Dukungan Biden terhadap Israel dalam perangnya di Gaza telah menjadi beban politik, khususnya di kalangan pemuda Demokrat, ketika ia mencalonkan diri kembali pada pemilu tahun ini.

Hal ini juga memicu gelombang protes pada pemilihan pendahuluan dan mendorong protes pro-Palestina di universitas-universitas AS.

Meskipun Amerika Serikat memberikan gambaran rinci dan jumlah bantuan militer yang dikirim ke Ukraina saat negara tersebut memerangi invasi besar-besaran oleh Rusia, pemerintah AS hanya mengungkapkan sedikit rincian mengenai jumlah keseluruhan senjata dan amunisi AS yang dikirim ke Israel.

Pengiriman tersebut juga sulit dilacak karena beberapa senjata dikirimkan sebagai bagian dari penjualan senjata yang disetujui oleh Kongres beberapa tahun lalu namun baru sekarang dipenuhi.

Salah satu pejabat AS mengatakan Pentagon memiliki persediaan senjata dalam jumlah yang cukup dan telah bekerja sama dengan mitra industri AS yang membuat senjata, seperti Boeing Co dan General Dynamics, ketika perusahaan tersebut berupaya memproduksi lebih banyak senjata.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya