Badai dan Hujan Lebat di Swiss Sebabkan Longsor, 7 Orang Tewas
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Zurich – Badai dahsyat dan hujan lebat yang melanda Prancis, Swiss, dan Italia akhir pekan ini telah menyebabkan sedikitnya tujuh orang tewas. Hal itu disampaikan oleh pihak berwenang setempat, pada Minggu, 30 Juni 2024.
"Tiga orang tewas setelah hujan lebat memicu tanah longsor di tenggara Swiss," kata polisi di wilayah Ticino, dikutip dari The Sundaily, Senin, 1 Juli 2024.
Di tempat lain di Swiss, seorang pria ditemukan tewas di sebuah hotel di Saas-Grund, di wilayah barat daya Valais.
Polisi menambahkan bahwa dia mungkin terkejut dengan kenaikan air banjir yang tiba-tiba.
Gambar yang dipublikasikan secara online oleh 20Minuten menunjukkan sebagian kota tertutup lapisan lumpur dan batu yang tebal.
Seorang pria lain juga hilang di Valais, kata polisi.
Di Prancis, tiga orang berusia 70-an dan 80-an tewas di wilayah timur laut Aube, pada hari Sabtu, 29 Juni 2024, ketika sebuah pohon tumbang menimpa mobil yang mereka tumpangi, kata otoritas setempat.
"Penumpang keempat berada dalam perawatan kritis," ucapnya.
Badan keamanan sipil Swiss mengatakan beberapa ratus orang dievakuasi di wilayah selatan Valais dan jalan-jalan ditutup setelah Sungai Rhone dan anak-anak sungainya meluap di lokasi yang berbeda.
"Meski demikian, situasi di Valais “terkendali” pada hari Minggu," kata Frederic Favre, pejabat yang bertanggung jawab atas keamanan sipil, pada konferensi pers.
Tetapi, dia memperingatkan bahwa situasi akan tetap mengkhawatirkan selama beberapa hari ke depan.
Layanan darurat juga sedang mencari cara terbaik untuk mengevakuasi 300 orang yang tiba untuk menghadiri turnamen sepak bola di kota pegunungan Peccia, sementara hampir 70 orang lainnya dievakuasi dari kamp liburan di desa Mogno.
Cuaca buruk membuat upaya penyelamatan menjadi sangat sulit, kata polisi sebelumnya, dengan beberapa lembah di wilayah selatan Ticino dan Valais dekat perbatasan dengan Italia, tidak dapat diakses dan terputus dari jaringan listrik.
Di Ticino, sekitar 400 orang, termasuk 40 anak-anak dari kamp liburan harus dievakuasi dari daerah berisiko dan dibawa ke pusat perlindungan sipil.
Sistem peringatan federal juga mengatakan sebagian wilayah tersebut tidak memiliki air minum.
Sebagai informasi, ini adalah banjir terburuk yang dialami wilayah tersebut sejak tahun 2000, ketika 13 orang tewas akibat tanah longsor yang menghancurkan di desa Gondo.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia meningkatkan tingkat keparahan, frekuensi dan lamanya kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan badai.