21 Ribu Anak Palestina Hilang dan Terpisah dari Orangtuanya Sejak Perang
- Twitter Video
Gaza – Lebih dari 20.000 anak-anak Palestina hilang di Gaza akibat serangan Israel di daerah kantong tersebut. Angka ini termasuk hilang, ditahan, dan terkubur di bawah reruntuhan atau di kuburan massal.
Organisasi independen untuk pemenuhan hak anak di dunia, Save the Children, mengatakan, meskipun konflik yang sedang berlangsung membuat verifikasi angka menjadi sulit, diperkirakan setidaknya 17.000 anak diyakini tidak didampingi dan terpisah dari keluarganya, sementara sekitar 4.000 anak kemungkinan besar masih belum ditemukan dan berada di bawah reruntuhan.
Sejumlah lainnya diduga dimakamkan di kuburan massal yang tersebar di Jalur Gaza.
Dikatakan bahwa tim perlindungan anak mereka semakin tertekan akibat operasi Israel di Rafah dan sebagai akibatnya semakin banyak keluarga dan komunitas yang terpisah dari anak-anak mereka.
“Setiap hari kami menemukan semakin banyak anak-anak yang tidak didampingi, dan semakin sulit untuk mendukung mereka. Kami bekerja melalui mitra untuk mengidentifikasi anak-anak yang terpisah dan tidak didampingi serta melacak keluarga mereka, namun tidak ada fasilitas yang aman bagi mereka, tidak ada tempat yang aman di Gaza," kata spesialis perlindungan anak Save the Children di Gaza dalam sebuah pernyataan.
“Tetangga dan anggota keluarga besar yang mengasuh anak-anak sendirian kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti tempat tinggal, makanan, dan air. Banyak dari mereka yang tinggal bersama orang asing atau sendirian dan meningkatkan risiko kekerasan, pelecehan, eksploitasi, dan penelantaran," tambahnya, dikutip dari Middle East Eye, Senin, 24 Juni 2024.
Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Minggu mengatakan bahwa 37.598 orang telah terbunuh sejak 7 Oktober, dengan sedikitnya 14.000 di antaranya adalah anak-anak.
Kelompok hak asasi manusia dan pakar PBB menuduh Israel melakukan hukuman kolektif terhadap warga Palestina sejak serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, termasuk penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.
Puluhan anak juga diperkirakan meninggal di Gaza akibat kekurangan gizi.
Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara mengatakan pada hari Sabtu, 22 Juni 2024, bahwa empat anak telah meninggal karena kekurangan gizi di sana dalam satu minggu.
“Kami kehilangan seorang anak di ruang perawatan rumah sakit selama beberapa jam terakhir. Dia adalah anak keempat yang meninggal di rumah sakit dalam seminggu terakhir karena kekurangan gizi,” katanya dalam konferensi pers.
Krisis kemanusiaan di Gaza yang disebabkan oleh pemboman dan pengepungan Israel kemungkinan akan memburuk karena panas terik, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan
WHO telah menyerukan pembukaan kembali penyeberangan Rafah, yang direbut oleh Israel pada awal Mei untuk memfasilitasi bantuan dan evakuasi medis bagi 10.000 orang terluka yang membutuhkan perawatan di luar negeri.
Ketika jumlah korban jiwa warga sipil dan kondisi kemanusiaan, khususnya krisis kelaparan yang semakin meningkat di Gaza utara terus memburuk, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membantah sengaja menargetkan warga sipil atau menerapkan kebijakan kelaparan.
Dalam sebuah wawancara dengan outlet konservatif AS Punchbowl News yang diterbitkan pada tanggal 21 Juni, Netanyahu menyebut tuduhan tersebut sebagai pencemaran nama baik terhadap orang-orang Yahudi.
"Ini adalah dua fitnah yang ditujukan kepada negara Yahudi, sama seperti mereka mengatakan bahwa kita membunuh anak-anak Kristen untuk membuat Matzos di Abad Pertengahan atau bahwa kita menyebarkan hama untuk meracuni seluruh penduduk."