Brigade Qassam Pasang Jebakan, Sejumlah Tentara Israel Tewas Kena Ledakan
- france24.com
Gaza – Sayap militer Hamas, Brigade Qassam, membunuh beberapa tentara Israel dan melukai lainnya dalam penyergapan di Rafah, Gaza selatan. Hal itu disampaikan oleh Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan, pada Senin, 10 Juni 2024.
"Sejumlah tentara Israel tewas dan terluka akibat para pejuangnya meledakkan sebuah rumah jebakan di kota Rafah, selatan Jalur Gaza," kata Brigade Qassam, dikutip dari The Cradle, Selasa, 11 Juni 2024.
Pernyataan itu menambahkan bahwa rumah jebakan itu berisi pasukan Israel di kamp Shaboura di kota Rafah.
“Segera setelah kedatangan pasukan penyelamat, pejuang kami menghancurkan sekitar rumah yang diledakkan dengan mortir,” kata pernyataan itu.
Mereka mencatat bahwa pejuang Qassam menghabisi pasukan musuh yang ditempatkan di selatan lingkungan Tal al-Sultan dan sekitar Rumah Sakit Kuwait, di kota Rafah.
Al Jazeera juga melaporkan bahwa helikopter Israel mulai mengevakuasi korban luka ke rumah sakit Israel untuk mendapatkan perawatan.
Dalam operasi tersebut, pasukan Israel berhasil melemparkan granat asap guna memberikan perlindungan bagi evakuasi tentara.
Sebagai informasi, setelah delapan bulan perang dan dukungan militer besar-besaran dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat lainnya, tentara Israel belum mampu mengalahkan Hamas.
Pasukan Israel terus menjadi sasaran serangan pejuang Qassam di seluruh wilayah Gaza dari selatan hingga utara.
Penyergapan yang berhasil dilakukan Brigade Qassam pada hari Senin menyusul pembantaian berdarah Israel di Kamp Nuseirat pada hari Sabtu., 8 Juni 2024.
Pembantaian itu dilakukan sebagai bagian dari operasi penyelamatan empat tawanan Israel yang diambil oleh Hamas pada 7 Oktober, dengan imbalan tawanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Hamas mengumumkan bahwa Israel juga membunuh tiga tawanan Israel dalam serangan tersebut, yang melibatkan pemboman besar-besaran di wilayah sipil.
Menurut New York Times, 43 dari 253 tawanan Hamas telah terbunuh. Para tawanan yang dibebaskan menyatakan bahwa ketakutan terbesar mereka adalah dibunuh oleh pemboman Israel yang tiada henti, yang telah menewaskan lebih dari 37.000 orang, sebagai bagian dari genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.