Narendra Modi Dilantik Jadi PM India Untuk Ketiga Kalinya, Konflik Perang Agama Jadi Rapor Merah
- VIVA/Dedy Priatmojo
New Delhi – Narendra Modi kembali dilantik sebagai perdana menteri India, pada Minggu, 9 Juni 2024, untuk masa jabatan ketiga.
Presiden India, Droupadi Murmu memberikan sumpah jabatan kepada Modi pada upacara akbar di Rashtrapati Bhavan, Istana presiden di New Delhi, yang dihadiri oleh ribuan pejabat, termasuk para pemimpin tujuh negara kawasan, bintang Bollywood, dan industrialis.
Modi, yang awalnya merupakan humas dari partai nasionalis Hindu Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), induk ideologis dari Partai Bharatiya Janata (BJP), adalah orang kedua setelah pemimpin kemerdekaan Jawaharlal Nehru yang menjabat perdana menteri untuk ketiga kalinya berturut-turut.
Modi juga mendapatkan masa jabatan ketiga dalam pemilu yang berakhir pada 1 Juni dengan dukungan 14 partai regional di Aliansi Demokratik Nasional (NDA) yang dipimpin BJP. Tidak seperti dua periode sebelumnya ketika partainya memenangkan mayoritas langsung.
Modi sendiri menghasilkan pertumbuhan yang mengalahkan dunia dan mengangkat posisi India di dunia, namun tampaknya gagal mengambil langkah di dalam negeri karena kurangnya lapangan kerja. Harga-harga yang tinggi, pendapatan yang rendah, dan perpecahan agama mendorong para pemilih untuk mengekangnya.
Ketika Modi menjadi ketua menteri di negara bagian Gujarat bagian barat dari tahun 2001-2014, BJP menikmati mayoritas yang kuat, sehingga memungkinkan dia untuk memerintah dengan tegas.
"Oleh karena itu, masa jabatan baru Modi sebagai perdana menteri kemungkinan besar akan penuh dengan tantangan dalam membangun konsensus mengenai isu-isu politik dan kebijakan yang kontroversial di tengah perbedaan kepentingan partai-partai regional dan oposisi yang lebih kuat," kata para analis, dikutip dari The Sundaily, Senin, 10 Juni 2024.
Beberapa analis khawatir bahwa keseimbangan fiskal di negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia juga bisa berada di bawah tekanan karena tuntutan dana pembangunan yang lebih tinggi bagi negara-negara yang diperintah oleh mitra regional NDA.
Modi, yang kampanye pemilihannya diwarnai dengan retorika keagamaan dan kritik yang dilontarkan dirinya terhadap pihak oposisi karena diduga memihak 200 juta minoritas Muslim di India, telah mengambil sikap yang lebih damai sejak hasil pemilu yang mengejutkan tersebut.
“Kami telah memenangkan mayoritas. Namun, untuk menjalankan negara ini, kebulatan suara adalah hal yang sangat penting. Kami akan mengupayakan kebulatan suara,” katanya pada hari Jumat setelah NDA secara resmi menunjuknya sebagai ketua koalisi.