Menlu Retno Sebut Situasi di Palestina Kian Memburuk, Tak Ada Perbaikan

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan situasi terkini di Gaza dan Rafah, Palestina setelah serangan brutal dari Israel beberapa waktu lalu. Dia menyebutkan situasi di Palestina semakin memburuk dan tidak mengalami perbaikan sama sekali.

Bertemu Sekjen PBB di KTT G20 Brasil, Prabowo Singgung Krisis Palestina

Hal itu diungkapkan Retno dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR RI di Gedung MPR/DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu, 5 Juni 2024. 

“Ibu, bapak, tidak ada satupun kalimat yang dapat menjelaskan bahwa situasi bangsa Palestina mengalami perbaikan. Tidak ada sama sekali. Confirm situasi semakin memburuk,” kata Retno.

DPR Ingatkan Kejagung Jangan Ada Motif Pesanan dalam Kasus Tom Lembong

Menlu Retno Marsudi di Pertemuan Menteri Luar Negeri Gerakan Non-Blok, New York

Photo :
  • ANTARA/HO-Kemenlu RI

Retno kemudian menunjukkan sejumlah foto yang menunjukkan buruknya situasi dan kondisi di Gaza maupun Rafah, Palestina.

Tragis, 1,2 Juta Orang di Gaza Kekurangan Air

Dia menyebutkan, sudah lebih dari 2 juta orang terusir beberapa kali dari Gaza sejak 7 Oktober lalu. Awalnya, mereka tergusur dari Gaza Utara ke Gaza Selatan. “Terakhir, dari Selatan mereka didorong untuk masuk ke Utara, dan Rafah menjadi target serangan Israel dengan alasan memburu tokoh-tokoh Hamas,” tutur dia.

Menurut data yang didapat, Retno mengungkapkan, sebanyak 196 personel PBB terbunuh. Kemudian, lebih dari 36 ribu orang terbunuh, 15 ribu di antaranya adalah anak-anak. Selanjutnya, sebanyak 82.057 orang mengalami luka-luka.

Lebih lanjut, Retno juga menyebutkan, pelayanan rumah sakit di daerah tersebut sangat minim. Rumah sakit yang masih berdiri tidak dapat memberikan pelayanan maksimal. “Rumah sakit Indonesia sudah tidak berfungsi sejak November tahun lalu,” ucapnya.

Selain itu, dia mengatakan, organisasi PBB termasuk UNRWA  (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East) terus diperlemah secara sistematis. Hal ini dimulai dari adanya tuduhan keterlibatan bahwa staf UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober lalu.

“Tanpa menunggu adanya investigasi beberapa negara donor membekukan ke negara UNRWA. Investigasi dilakukan, tapi tidak terbukti,” pungkas Retno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya