Biden Sebut Israel Siap Lakukan Gencatan Senjata, Ini Poin-poin Utamanya
- thehill.com
Washington – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengonfirmasi bahwa Israel siap untuk bergerak maju melalui proposal gencatan senjata yang disampaikan kepada Hamas pekan lalu saat melakukan pembicaraan telepon dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani. Hal itu dilaporkan oleh Gedung Putih, pada Senin, 3 Juni 2024.
Selama percakapan mereka, Biden mengonfirmasi bahwa gencatan senjata komprehensif dan kesepakatan pembebasan sandera yang kini dibahas menawarkan peta jalan konkret untuk mengakhiri krisis di Gaza, kata pihak eksekutif dalam sebuah pernyataan.
"Presiden mengonfirmasi kesiapan Israel untuk melanjutkan persyaratan yang kini telah ditawarkan kepada Hamas. Presiden menekankan bahwa ini adalah peluang terbaik untuk mencapai kesepakatan, dan bahwa penolakan Hamas untuk melepaskan sandera hanya akan memperpanjang konflik dan menghambat bantuan kepada masyarakat Gaza,” kata Gedung Putih, dikutip dari ANews, Selasa, 4 Juni 2024.
“Presiden menegaskan bahwa Amerika Serikat, bersama dengan Mesir dan Qatar, akan bekerja untuk memastikan implementasi penuh dari seluruh perjanjian. Dia mendesak Amir Tamim untuk menggunakan semua langkah yang tepat untuk menjamin penerimaan Hamas terhadap perjanjian tersebut dan menegaskan bahwa Hamas satu-satunya hambatan bagi gencatan senjata dan bantuan penuh bagi rakyat Gaza,” tambahnya.
Rencana tersebut disampaikan kepada Hamas pada Kamis malam, 30 Mei 2024, dan mereka sedang menunggu tanggapan resmi kelompok Palestina.
Sementara itu, Hamas mengatakan pihaknya akan menanggapi secara positif setiap usulan yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, upaya rekonstruksi, pemulangan pengungsi, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran sandera yang komprehensif.
Proposal tersebut, seperti yang disampaikan oleh Biden pada Jumat lalu, membayangkan perjanjian tiga fase yang akan mencapai puncaknya dengan proses multi-tahun untuk membangun kembali daerah Palestina yang rusak parah, dan pemulangan semua sandera, baik yang hidup dan mati, yang ditahan di Gaza.
Fase pertama akan dimulai dengan gencatan senjata selama enam minggu, di mana putaran pertama sandera yang ditahan di Gaza akan dibebaskan, termasuk perempuan, orang lanjut usia, dan yang terluka, sebagai imbalan atas pembebasan yang menurut Biden akan berjumlah "ratusan" tahanan Palestina.
Pasukan Israel juga akan mundur dari wilayah Gaza, yang disebut sebagai daerah padat penduduk.
Jenazah beberapa sandera yang tewas juga akan dikembalikan, dan warga sipil Palestina akan diizinkan kembali ke rumah dan lingkungan mereka di seluruh Gaza, termasuk di wilayah utara di mana Israel telah menerapkan pembatasan besar-besaran.
Pengiriman bantuan kemanusiaan juga akan meningkat secara dramatis hingga mencapai 600 truk per hari, menurut Biden.
Para perunding akan berupaya mengatasi permasalahan yang belum terselesaikan selama enam minggu tahap pertama, termasuk rasio tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan sandera Israel.
Proposal tersebut mencakup pernyataan yang memungkinkan gencatan senjata diperpanjang sebelum tahap kedua dimulai selama perundingan terus berlanjut.
Rasio pertukaran tahanan merupakan isu penting karena pada tahap kedua semua sandera yang masih hidup akan dibebaskan, termasuk semua personel militer laki-laki Israel. Pasukan Israel juga akan mundur sepenuhnya dari Gaza.
Fase terakhir mencakup dimulainya rekonstruksi Gaza, yang diperkirakan memakan waktu hingga lima tahun, dan pengembalian sandera tambahan yang masih ditahan di Gaza.
Sebagai informasi, sebagian besar wilayah Gaza kini menjadi reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan Israel yang melumpuhkan.
Israel juga dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang.