Asal Muasal Tagline 'All Eyes on Rafah', Ini Kata Menlu Retno
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Yogyakarta – Isu perang Israel dan Palestina menjadi sorotan di seluruh dunia. Akhir-akhir ini tagline 'All Eyes on Rafah' menjadi trending di sosial media Instagram hingga berhasil diunggah puluhan juta. Namun, siapa sangka bahwa judul tersebut dibuat oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi.
"All Eyes on Rafah itu sebenarnya adalah judul yang saya pilih Diplomasi Indonesia untuk Palestina All Eyes on Rafah," kata Retno saat menjadi narasumber Kuliah Umum di Universitas Gadjah Mada, Senin, 3 Juni 2024.
Menurut Retno, apa yang terjadi di Gaza adalah tragedi kemanusiaan yang tidak dapat terbayangkan dan tidak dapat diterima sama sekali. Kekejaman demi kekejaman terus dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina.
Dalam penjabarannya, topik kuliah umum menyoroti dua hal. Pertama adalah mengenai perkembangan situasi di Palestina, dan yang kedua adalah bagaimana Indonesia menjalankan diplomasinya terhadap isu Palestina.
"Saya mulai dengan situasi Palestina saat ini. Tadi saya sudah sebutkan tidak ada satu pun kalimat yang dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa situasi bangsa Palestina mengalami perbaikan, tidak ada sama sekali. Confirmed: situasi semakin memburuk," ujar Retno.
Sejak 7 Oktober 2023, dua juta orang terusir akibat serangan balasan Israel. Di awal mereka tergusur dari utara ke selatan, sekarang di wilayah selatan Gaza dibombardir, sebagian kembali ke utara dan sekarang Rafah menjadi target serangan Israel dengan alasan memburu tokoh-tokoh Hamas.
Data menunjukkan 196 personel PBB tewas, lebih dari 36.400 orang meninggal dunia, 82.057 mengalami luka-luka, dan di antara yang meninggal 15.000 lebih adalah anak-anak dan di Gaza ditemukan 10 kuburan massal.
"Kita bicara mengenai masalah pelayanan rumah sakit. Situasinya sangat memprihatinkan. Hanya beberapa rumah sakit yang masih memberikan pelayanan kesehatan itu pun sangat minimal, dan Rumah Sakit Indonesia di Gaza sudah tidak berfungsi secara maksimal sejak November tahun lalu," ucap Retno.
Selain itu, mengenai organisasi PBB yang mengurus pengungsi UNRWA, secara sistematis terus diperlemah, ada rekayasa tuduhan keterlibatan beberapa staf UNRWA dalam serangan Hamas 7 Oktober.
"Namun, setelah diinvestigasi tidak terbukti. Maka upaya pelemahan dilakukan salah satu upaya pelemahan yang dilakukan kepada UNRWA adalah dihentikannya bantuan kemanusiaan, bantuan dari para donor kepada UNRWA terutama dari Amerika Serikat," pungkasnya.