Netanyahu: Serangan Mematikan Israel di Rafah Akibat Kesalahan Teknik yang Tragis
- dantri.com.vn
VIVA – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, serangan Israel di Rafah, Gaza Selatan merupakan kesalahan teknis yang tragis.
Serangan udara Israel yang membakar kamp penampungan warga Palesitana itu setidaknya menewaskan 45 orang pengungsi.
Dikutip dari APNews, Kementerian Kesehatan Gaza dan layanan penyelamatan Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan rincian korban tewas terdiri dari 12 wanita, delapan anak-anak dan tiga orang dewasa, dengan tiga mayat lainnya hangus tak dapat dikenali.
"Di Rafah, kami telah mengevakuasi sekitar satu juta warga yang tidak terlibat perang ini, dan meskipun telah melakukan upaya terbaik untuk tidak membahayakan mereka," ucap pidato Netanyahu pada Senin 27 Mei seperti yang dilansr dari akun YouTube ABC News.
Israel akan mematuhi hukum internasional dan menyelidikinya meskipun menghadapi pengawasan di pengadilan tertinggi dunia.
"Sayangnya telah terjadi kegagalan teknis semalam. Kami sedang menyelidiki insiden ini dan akan menyampaikan kesimpulannya karena ini kebijakan kami," lanjutnya.
Netanyahu tidak menjelaskan secara rinci mengenai kesalahan teknis tersebut, akan tetapi Militer Israel awalnya mengatakan telah melakukan serangan udara yang tepat pada kompleks Hamas dan menewaskan dua militan senior.
Peristiwa itu menambah kritik internasional terhadap Israel terkait perang dengan Hamas, termasuk sekutu yang menyatakan kemarahan atas kematian warga sipil.
Sementara itu, Amerika Serikat mendesak Israel untuk melakukan penyelidikan internal setelah Tel Aviv melancarkan serangan udara mematikan di kamp pengungsi di Rafah.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan AS segera menghubungi Israel ketika berita mengenai serangan itu tersiar untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam atas apa yang terjadi, meminta informasi lebih lanjut, dan mendesak Tel Aviv untuk melakukan penyelidikan penuh.
“Tidak jelas bagi saya apakah mereka benar-benar mengetahuinya, tetapi mereka perlu mencari tahu, mereka perlu melakukan penyelidikan. Kami akan menunggu penyelidikan tersebut dan menekan mereka untuk memastikan bahwa hasil penyelidikan disajikan secara terbuka dan secara transparan kepada kami dan dunia,” kata Matthew Miller.
Badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) mengungkap sekitar satu juta warga Palestina mulai meninggalkan kamp pengungsian di kota Rafah Gaza Selatan sejak tiga minggu terakhir.