Rumah Sakit Terakhir di Rafah Berisiko Berhenti Beroperasi, WHO Beri Peringatan
- AP Photo/Fatima Shbair.
Gaza – Situasi di Rafah, Jalur Gaza, semakin memburuk dengan adanya serangan udara Israel yang terus berlangsung. Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Richard Peeperkorn, memperingatkan bahwa rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di Rafah bisa berhenti beroperasi jika Israel melancarkan serangan penuh ke wilayah tersebut.
"Jika serangan itu berlanjut, kita akan kehilangan rumah sakit terakhir di Rafah," kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, dikutip dari Aljazeera pada Rabu, 29 Mei 2024.Â
Kondisi Rumah Sakit di Rafah
Di Rafah, terdapat tiga rumah sakit, namun hanya satu yang masih berfungsi, yaitu Rumah Sakit Abu Youssed Al-Najar. Sayangnya, rumah sakit ini pun sudah hampir tidak beroperasi. Sebelumnya, rumah sakit ini melayani sekitar 700 pasien dialisis, tetapi kini sudah tidak bisa beroperasi lagi karena kerusakan yang terjadi akibat serangan.Â
Peeperkorn menyatakan bahwa jika serangan penuh terus dilakukan, maka rencana darurat yang ada, yaitu merawat pasien di rumah sakit lapangan yang kurang dilengkapi, tidak akan mampu mencegah peningkatan jumlah kematian dan cedera yang signifikan.Â
Kondisi ini membuat warga sipil di Rafah semakin terancam, terutama karena rumah sakit lapangan tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk menangani kasus-kasus medis yang serius.
Dampak Serangan Terhadap Warga Sipil
Serangan udara yang dilakukan oleh Israel menyebabkan kehancuran besar di Rafah. Pada hari Minggu, sebuah serangan udara menyebabkan kebakaran besar di sebuah kamp pengungsi, menewaskan setidaknya 45 orang. Israel mengklaim bahwa target serangan tersebut adalah dua operatif senior Hamas, namun banyak korban sipil yang juga terkena dampaknya.
Pada hari Selasa berikutnya, serangan lain di area tenda pengungsi di al-Mawasi, barat Rafah, menewaskan 21 orang dan melukai puluhan lainnya. Kejadian ini semakin menambah penderitaan warga sipil yang sudah hidup dalam kondisi yang sangat sulit.
Penutupan Perbatasan Rafah dan Dampaknya
Sebelum serangan meningkat, Rafah adalah titik masuk utama untuk bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun, penutupan perbatasan oleh Israel telah menghalangi masuknya pasokan medis yang sangat dibutuhkan. Hampir 100 persen pasokan medis ke Gaza, termasuk obat-obatan penting dan peralatan medis, datang melalui penyeberangan Rafah dari El Arish di Mesir. Saat ini, terdapat 60 truk penuh dengan pasokan medis yang menunggu untuk masuk ke Gaza, namun terhambat akibat penutupan perbatasan.
Sejak penutupan Rafah, WHO hanya dapat memasukkan tiga truk pasokan medis melalui penyeberangan Karem Abu Salem, yang dikenal oleh orang Israel sebagai penyeberangan Kerem Shalom. Penutupan ini berdampak langsung pada kemampuan WHO untuk memberikan bantuan medis kepada warga Gaza yang sangat membutuhkan.
Krisis Kesehatan yang Mengancam
Juru bicara WHO, Margaret Harris, mengungkapkan bahwa sejak serangan di Rafah dimulai, semua evakuasi medis mendadak terhenti. Hal ini membuat ribuan warga Palestina yang membutuhkan evakuasi medis mendesak tidak dapat keluar dari wilayah yang terkepung. Harris memperingatkan bahwa lebih banyak orang akan meninggal jika situasi ini terus berlanjut, karena mereka tidak dapat menerima perawatan medis yang mereka butuhkan.
Situasi di Rafah menjadi semakin mengkhawatirkan dengan serangan yang terus berlanjut, ancaman terhadap rumah sakit yang terakhir masih berfungsi, dan penutupan perbatasan yang menghalangi masuknya bantuan medis. Komunitas internasional perlu segera mengambil tindakan untuk mengakhiri kekerasan dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat mencapai mereka yang membutuhkan di Gaza.