Laporan Intelijen AS: Israel Hanya Tumbangkan 35 Persen Anggota Hamas Selama Perang
- jstribune.com
Gaza – Sumber intelijen Amerika Serikat (AS) membeberkan bahwa hanya sekitar 30 hingga 35 persen pejuang Hamas yang terbunuh, setelah lebih dari tujuh bulan operasi Israel di Jalur Gaza.
Menurut surat kabar Politico, mayoritas pejuang Hamas masih hidup, meskipun jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 35.000 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.
"Selain itu, sekitar 65 persen infrastruktur terowongan Hamas masih utuh," kata sumber Politico.
Ribuan anggota baru juga dikatakan telah direkrut ke dalam kelompok tersebut dalam beberapa bulan terakhir.
Laporan ini muncul ketika Washington semakin khawatir mengenai kelangsungan tujuan Israel untuk menghancurkan kelompok Palestina.
Pada hari Senin, 20 Mei 2024, Jenderal Charles Brown, ketua kepala staf gabungan, mengkritik strategi Israel di Gaza.
Dia memperingatkan bahwa kegagalan pasukan Israel untuk mengamankan wilayah yang direbut dan melenyapkan Hamas dari Gaza utara telah menghambat kemampuannya untuk mencapai tujuan militernya.
Komentar Brown merupakan kritik langka dari militer AS, yang telah membantu Israel dalam perang di Gaza dengan menyediakan peralatan militer dan bantuan melalui pertukaran informasi intelijen.
Kerja sama tersebut telah mempolarisasi basis politik Partai Demokrat Presiden Joe Biden pada tahun pemilu.
Meskipun pemerintahan Biden telah memberikan dukungan penuhnya terhadap upaya perang Israel, beberapa pejabat di pemerintahan mulai memberikan lebih banyak kritik terhadap pemerintah Israel, terutama mengenai strategi perangnya dan situasi bantuan secara keseluruhan untuk warga Palestina di Gaza.
Sekitar 128 orang yang ditawan oleh Hamas dan kelompok Palestina lainnya masih berada di Gaza.
Pemerintah Israel menegaskan bahwa tekanan militer adalah cara terbaik untuk membebaskan mereka, dan mengatakan bahwa mereka tidak akan mengakhiri perang di Gaza sampai berhasil menghilangkan Hamas. Â
Selain itu, ada peningkatan ketidakpuasan di Israel atas kemajuan perang, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dituduh menyerah terhadap tawanan Israel.