Hubungan Retak Dengan Mesir, Pejabat Israel Ketar-Ketir
- middleeastmonitor.com
Tel Aviv – Para pejabat senior Israel semakin khawatir akan memburuknya hubungan dengan Mesir akibat invasi darat mereka ke Rafah. Selain itu, mereka juga khawatir karena bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza masih terhambat, buntut dari penyitaan perbatasan oleh Israel.
Pejabat senior Israel memperingatkan bahwa Mesir mungkin menarik diri dari perundingan mediasi Israel-Hamas, yang bertujuan untuk mencapai perjanjian pembebasan sandera, dan setelah pengibaran bendera Israel oleh tentara di sisi Palestina di penyeberangan Rafah.
Pertikaian diplomatik yang semakin meningkat antara kedua negara meningkat setelah Israel terus melakukan invasi darat ke Rafah pada 7 Mei lalu, meskipun ada seruan dari Mesir, AS, dan negara-negara lain untuk tidak menyerang kota perbatasan, di mana sekitar 1,4 juta warga Palestina dari wilayah lain di Gaza berlindung.
Tindakan Israel telah mempersulit Mesir untuk terus mengoperasikan penyeberangan tanpa menghadapi tuduhan bahwa mereka bekerja sama dengan operasi Israel, yang merupakan isu yang sangat sensitif di negara tersebut.
Jika krisis ini terus berlanjut, kerja sama keamanan dan intelijen antara kedua pihak dapat terkena dampak negatif, para pejabat memperingatkan. "Situasi di Mesir kini berada pada kondisi terburuk sejak dimulainya perang,” kata salah satu sumber pemerintah Israel, dikutip dari The New Arab, Sabtu 18 Mei 2024.
Yang lain menjelaskan bahwa meskipun Kairo pada awalnya memahami tujuan Israel untuk membubarkan Hamas secara militer setelah 7 Oktober, invasi ke Rafah mengubah banyak hal. “Sejak dimulainya operasi (militer) di Rafah, telah terjadi pergeseran sikap Mesir terhadap Israel,” kata sumber tersebut.
“Mereka ingin mengganggu kami, memaksa kami mengakhiri perang. Dan ini belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dalam operasi kami sebelumnya di Gaza.”
Israel juga menuduh Mesir mengeksploitasi masalah masuknya bantuan ke Gaza untuk memberikan tekanan pada Tel Aviv.
“Kami menyadari mengapa hal ini menyebabkan masalah hubungan masyarakat bagi mereka. Namun reaksi mereka dalam menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan hampir seluruhnya benar-benar berlebihan,” kata seorang pejabat.
Sebelumnya, pada Selasa, 14 Mei 2024, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mentweet, “Kunci untuk mencegah krisis kemanusiaan di Gaza kini ada di tangan teman-teman Mesir kita”.
Para pejabat Mesir bersikeras bahwa penyaluran bantuan hanya akan mungkin dilakukan jika perbatasan Rafah di sisi Palestina berada di bawah kendali Palestina.
Tekanan Mesir dilaporkan telah mendorong Israel untuk mempertimbangkan kemungkinan melibatkan Otoritas Palestina (PA) dalam mengatur penyeberangan tersebut, namun tindakan seperti itu akan menghadapi kritik tajam dari partai-partai sayap kanan di pemerintahan Israel.