Netanyahu Tidak Takut Soal Ancaman AS Mengenai Pasokan Senjata

VIVA Militer: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu
Sumber :
  • dantri.com.vn

Tel Aviv – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa militer Israel siap berperang dengan segala kekuatan mereka. Hal ini menunjukan bahwa Netanyahu mengabaikan peringatan dari Presiden AS, Joe Biden mengenai pasokan senjata, yang dapat ditahan sehubungan dengan rencana operasi di Rafah.

Daftar Produk Boikot di Medsos Belum Tentu Benar! Pakar: Banyak PHK, Jangan Sampai yang Kena Saudara Sendiri

Tindakan Israel yang sudah lama mengancam Rafah, di mana ribuan pejuang Hamas dan puluhan sandera berlindung di antara lebih dari satu juta warga Palestina, dimulai pada minggu ini dengan evakuasi ribuan warga sipil.

VIVA Militer: Tank tempur Israel di kota Rafah, Jalur Gaza selatan

Photo :
  • reuters.com
Israel Kelabakan Lawan Houthi, AS Murka Bantu Gempur Ibu Kota Yaman

Pemerintahan Biden mengatakan bahwa mereka tidak dapat mendukung invasi besar-besaran Tel Aviv di Rafah karena tidak adanya rencana yang kredibel untuk melindungi non-kombatan.

Di lain sisi, Israel mengatakan kemenangan dalam konflik yang telah berlangsung selama tujuh bulan itu tidak mungkin terjadi tanpa merebut Rafah.

Israel Berlakukan Jam Malam dan Tutup Toko-toko di Kota Deir Istiya Tepi Barat

Pemerintahan Netanyahu tetap bungkam atas laporan bahwa Washington menahan pengiriman bom udara sampai, pada Rabu lalu, 8 Mei 2024, Biden mengumumkan tindakan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari peringatan AS kepada Israel untuk tidak nekat pergi ke Rafah.

“Jika kita harus berdiri sendiri, kita akan berdiri sendiri,” kata Netanyahu tanpa merujuk secara spesifik pada pengumuman AS tersebut.

“Jika harus, kami akan bertarung dengan sekuat tenaga, kita mempunyai lebih dari sekadar kuku jari kita, dan dengan kekuatan semangat itu, dengan pertolongan Tuhan, bersama-sama kita akan menang," tambahnya, dikutip dari Alarabiya, Jumat, 10 Mei 2024.

Meski demikian, Netanyahu mengatakan dalam sebuah wawancara di televisi AS bahwa dia berharap dia dan Biden dapat mengatasi perbedaan pendapat mereka mengenai perang Gaza.

"Kami sering mempunyai kesepakatan, namun ada juga perbedaan pendapat. Tapi kami mampu mengatasinya,” ujar Netanyahu.

“Saya harap kami bisa mengatasinya sekarang, tapi kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk melindungi negara kami,” lanjutnya.

Komentar perdana menteri konservatif dalam pernyataan video tersebut juga didukung oleh dua anggota kabinet perang lainnya yang juga mempunyai hak suara yakni Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz yang berhaluan tengah. Meskipun keduanya tidak ada yang mengatakan secara eksplisit bahwa pembersihan lebih dalam di Rafah akan dilakukan.

“Saya berpaling kepada musuh-musuh Israel serta teman-teman terbaik kita dan mengatakan, Negara Israel tidak dapat ditundukkan,” kata Gallant dalam pidatonya.

"Kami akan berdiri teguh, kami akan mencapai tujuan kami, kami akan menyerang Hamas, kami akan menyerang Hizbullah (Lebanon), dan kami akan mencapai keamanan.”

VIVA Militer: Menteri Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Benny Gantz

Photo :
  • freepressjournal.in

Gantz juga menyuarakan apresiasi atas apa yang digambarkan oleh militer Israel sebagai dukungan dan pasokan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam perang tersebut.

“Israel mempunyai kewajiban, dalam hal keamanan nasional dan moralitas, untuk terus berjuang demi memulangkan sandera kami dan mengakhiri ancaman Hamas terhadap Israel selatan,” tulisnya melalui akun X.

“Dan Amerika Serikat mempunyai kewajiban moral dan strategis untuk melakukan hal tersebut. Memberikan kepada Israel alat-alat yang diperlukan untuk misi ini.”

Sejalan dengan perselisihan publik tersebut, Amerika Serikat telah berusaha mengikuti perundingan yang dimediasi Mesir dan Qatar antara Israel dan Hamas yang akan membebaskan beberapa sandera.

Mereka tersandung pada tuntutan Hamas untuk mengakhiri perang Gaza. Sementara Israel hanya bersedia melakukan gencatan senjata.

Para perunding pada hari Kamis, 9 Mei 2024, meninggalkan pertemuan terakhir di Kairo tanpa kesepakatan, dan Israel mengatakan akan melanjutkan operasi Rafah yang direncanakan.

Kepala juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa angkatan bersenjata memiliki cukup amunisi untuk Rafah dan operasi lain yang direncanakan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya