Korban Banjir Bandang Brasil Bertambah Menjadi 83 Orang

Penampakan Banjir Bandang di Brasil (Doc: The Sundaily)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Brasil – Jumlah korban tewas akibat serangkaian bencana banjir di negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil selatan, telah meningkat menjadi sedikitnya 83 orang. Hal itu disampaikan oleh unit pertahanan sipil negara bagian, pada Senin, 6 Mei 2024.

Ancaman Banjir Bayangi Pencoblosan Pilkada Jakarta

Pihak berwenang juga sedang menyelidiki empat kematian lainnya untuk menentukan apakah kematian tersebut terkait dengan badai di Brasil.

"Sebanyak 276 orang dilaporkan terluka dan sedikitnya 111 orang hilang, sementara sedikitnya 121.000 orang mengungsi," menurut Pertahanan Sipil Rio Grande do Sul, dikutip dari CNN Internasional, Selasa, 7 Mei 2024.

Banjir Bandang Terjang Deliserdang, 4 Orang Tewas dan 2 Masih Hilang

Bencana ini telah berdampak pada lebih dari 850.000 orang di 345 kota, menghancurkan rumah, jalan dan jembatan.

1.687 Warga Terdampak Banjir di Periuk, Pemkot Tangerang Aktifkan 15 Mesin Pompa Air

Banjir di Brasil Selatan

Photo :
  • istimewa

CNN berbicara kepada penduduk setempat dan pengungsi yang melaporkan melihat mayat masih di dalam air banjir, kemungkinan besar belum dihitung dalam jumlah korban tewas.

Kolonel Jose Carlos Sallet, subkomandan Pemadam Kebakaran Militer Rio Grande do Sul, mengatakan pada Minggu, 5 Mei 2024, bahwa sekitar 1.000 petugas pemadam kebakaran sedang bekerja dalam misi penyelamatan.

“Saat hujan berhenti, mereka melakukan operasi singkat untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang. Kemarin (Sabtu) kita sudah bisa mengintensifkan operasi,” kata Sallet.

Sementara itu, gambar menunjukkan air berwarna coklat berlumpur naik setinggi atap rumah di beberapa daerah, sementara tim penyelamat keluar dengan rakit tiup, membawa orang dan hewan peliharaan ke dalamnya.

Rio Grande do Sul semakin sering dilanda peristiwa cuaca ekstrem dalam beberapa tahun terakhir, dan setidaknya 54 orang tewas di negara bagian tersebut pada bulan September setelah negara bagian tersebut mengalami topan subtropis.

Krisis iklim, yang sebagian besar disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia, menyebabkan cuaca ekstrem semakin parah di seluruh dunia, sehingga banyak peristiwa yang terjadi menjadi lebih intens dan lebih sering terjadi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya