Subak Jatiluwih Bali Masuk Nominasi Desa Wisata Terbaik Dunia Versi UN Tourism
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
Tabanan – Menjelang pelaksanaan World Water Forum Ke-10 Tahun 2024, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memastikan Subak Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali siap dikunjungi delegasi World Water Forum ke-10.
Menparekraf juga melakukan site visit ke sejumlah destinasi wisata di Bali. Menurutnya, beberapa pekan menjelang hari H, destinasi wisata di Bali sudah siap mendapatkan kunjungan para delegasi.
"Desa Wisata Jatiluwih akan jadi showcase, etalase untuk menampilkan kearifan budaya masyarakat Bali dalam pemuliaan air," kata Sandiaga Uno, Jumat, 4 Mei 2024.
Desa Wisata Jatiluwih dengan areal persawahan berundak dengan luas mencapai 19 hektar itu, menyuguhkan panorama alam berupa hamparan sawah yang luas.
Kearifan budaya sebagai desa wisata juga terlihat dari kehidupan tradisi budaya serta kuliner yang dikembangkan. "Para delegasi yang berkunjung akan diperkenalkan dengan tari-tarian, kuliner seperti teh dari beras merah serta tracking ke persawahan," jelasnya.
Desa Wisata Jatiluwih tahun ini didaftarkan ke UN Tourism sebagai destinasi Desa Wisata terbaik dunia.
"Ini bagian lobi-lobi tingkat tinggi Jatiluwih jadi destinasi Best Tourism UN, harus dilengkapi dengan sebaik-baiknya," kata Sandiaga Uno.
Sementara, Manajer Operasional DTW Jatiluwih Jhon Ketut Purna mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan domestik ke Jatiluwih hanya 10 persen.
Kunjungan didominasi oleh wisatawan mancanegara yang berasal dari negara di Eropa seperti Perancis, Jerman dan Amerika. Saat ini kata Jhon, kunjungan turis per hari baru mencapai 1000-1200 saja di low season. Sementara untul high season kunjungan mencapai hampir 2000.
"Tapi kami berharap dengan kedatangan delegasi World Water Forum ini kunjungan turis yang akan datang ke Jatiluwih akan meningkat pesat" kata Jhon.
Menurutnya, China telah memberikan konfirmasi akan mengirimkan delegasinya sekitar 200 orang untuk datang ke DTW Jatiluwih mulai 20-25 Mei mendatang.
Jhon menjelaskan, sistem subak di Jatiluwih merupakan warisan turun-temurun dari leluluhur.
"Para leluluhur sudah sangat pintar untuk membagi air yang mengaliri sawah dan terbagi rata. Dan saat ini kita tidak boleh lembuat sawah baru lagi.karena persediaan air sudah tidak ada. Itu keunikannya," jelas Jhon.
Sebelumnya Jatiluwih telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2012. Jatiluwih dengan subaknya menjadi contoh harmoni budaya dan pertanian menjaga air menjadi sumber kehidupan.