Gelombang Panas di Myanmar Capai 48 Derajat Celcius
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Myanmar – Gelombang panas di Myanmar timur membuat daerah tersebut mengalami kekeringan dan kesulitan untuk menemukan air. Hal ini juga menambah penderitaan hidup di kamp-kamp pengungsian.
Di bawah atap lembaran plastik di salah satu kamp di negara bagian Kayah, Augusta, salah satu pengungsi di daerah itu sedang menunggu 10 galon yang harus memenuhi kebutuhan minum, memasak, dan mencuci selama tiga hari ke depan.
Sebagai informasi, lebih dari 123.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Kayah akibat konflik yang dipicu oleh kudeta militer pada tahun 2021.
Kini, gelombang panas yang menyebabkan suhu di Myanmar mencapai 48 derajat Celcius di beberapa tempat telah menambah ketidakpastian kehidupan di kamp-kamp tersebut.
“Tahun lalu, kami mendapat air dari mata air terdekat,” kata Augusta, dikutip dari The Sundaily, Jumat, 3 Mei 2024.
"Tetapi sekarang kami tidak bisa mendapatkan air dari tempat itu karena tidak ada lagi air yang tersisa di sana. Kita harus hemat, malau hari ini tidak mandi, mungkin besok kita bisa cuci tangan dan muka," tambahnya.
Kelangkaan ini menyebabkan dia dan anak-anaknya seringkali tidak dapat mencuci atau membersihkan pakaian mereka dengan baik di tengah panas terik.
“Anak-anak gatal-gatal dan terlihat kotor, kami juga tidak menyediakan pakaian bersih untuk mereka."
Diketahui, sekitar ratusan orang penghuni kamp mengantre di depan truk untuk mendapatkan jatah air yang akan bertahan selama tiga atau empat hari.
Anak-anak di sana bertugas untuk membawa pulang kontainer dengan keranjang di punggung mereka atau dengan troli.