Gelombang Protes Pro-Palestina di AS, Polisi Bubarkan Pakai Granat Kejut
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Washington – Polisi AS kembali melancarkan gelombang tindakan keras terhadap pengunjuk rasa pro-Palestina seiring dengan meluasnya perkemahan mahasiswa di seluruh negeri.
Diperkirakan 1.300 orang ditangkap pada Rabu sore, 1 Mei 2024, karena melakukan protes, sementara ratusan lainnya telah diskors karena berulang kali menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Selain itu, protes tersebut juga bertujuan untuk universitas-universitas mereka agar melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Israel.
Perkemahan protes, yang dimulai di Universitas Columbia, kini telah menyebar ke seluruh Amerika dan internasional, dan jumlahnya semakin bertambah.
Pejabat universitas telah meminta polisi untuk membubarkan para pengunjuk rasa, dengan alasan mengganggu kelas.
Polisi dengan perlengkapan antihuru-hara mengepung lebih dari 400 pengunjuk rasa yang mendirikan kamp di Universitas California Los Angeles (UCLA), pada hari Kamis, 2 Mei 2024, dan memerintahkan para pengunjuk rasa untuk pergi atau menghadapi penangkapan.
Rekaman video dari UCLA menunjukkan bus-bus yang tiba di kampus, diyakini digunakan oleh polisi untuk mengangkut mereka yang ditangkap ke kantor polisi.
Melansir dari The New Arab, Jumat, 3 Mei 2024, polisi diduga menggunakan granat kejut untuk membingungkan pengunjuk rasa dan massa pro-Israel juga menyerang pengunjuk rasa dengan kekerasan.
Rekaman menunjukkan massa memegang tongkat atau tiang untuk menyerang papan kayu yang didirikan untuk melindungi pengunjuk rasa pro-Palestina. Setidaknya satu kembang api juga dilemparkan ke dalam kamp.
Seorang profesor di UCLA, Ananya Roy, mengecam universitas tersebut karena gagal menanggapi massa dan melawan protes.
“Hal ini memberikan impunitas bagi orang-orang yang datang ke kampus kami sebagai massa yang mengamuk,” kata Roy.
"Tersiar kabar bahwa mereka bisa melakukan ini berulang kali dan lolos begitu saja. Saya malu dengan universitas saya."
Para pengunjuk rasa telah berjanji untuk terus melakukan protes meskipun ada tindakan keras.
Selain itu, Walikota New York City, Eric Adams mengatakan polisi melakukan operasi "presisi" minggu ini untuk menerobos masuk ke Hamilton Hall Universitas Columbia setelah para mahasiswa membarikade diri mereka di dalamnya.
Rektor Universitas Columbia, Nemat Shafik, mengirimkan email yang menyalahkan para pengunjuk rasa dengan mengatakan bahwa mereka telah merusak properti.
Pada Selasa malam, 30 April 2024, polisi di New York, menangkap sedikitnya 300 mahasiswa di City College.
Protes juga meluas ke New Orleans, di mana petugas bersenjata membersihkan sebuah perkemahan pada hari Rabu di Universitas Tulane, dan setidaknya 14 pengunjuk rasa ditangkap.
Polisi di Universitas Arizona di Tucson juga menembakkan senjata kimia tidak mematikan ke arah pengunjuk rasa saat penangkapan dilakukan. Setidaknya satu pengunjuk rasa terkena peluru karet.
Polisi AS telah merobohkan tenda di beberapa kampus, termasuk di Universitas Wisconsin, tempat seorang profesor ditembaki karena meminta polisi meninggalkan mahasiswanya sendirian.