Masih Hangat, Presiden Iran Bujuk Pakistan Gabung Aliansi Anti-Israel
- X
Islamabad – Presiden Iran, Ebrahim Raisi, tiba di Islamabad pada hari Senin, 22 April 2024 lalu untuk kunjungan resmi selama tiga hari. Iran dan Pakistan sedang berupaya memperbaiki hubungan mereka setelah terlibat dalam konflik dan saling serang militer pada awal tahun ini.
Dilansir dari Jerusalem Post, Rabu, 24 April 2024, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Pakistan, Presiden Iran datang bersama istrinya dan sebuah delegasi yang terdiri dari pejabat tingkat tinggi, termasuk menteri luar negeri dan anggota kabinet lainnya.
Kantor Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, menggambarkan bahwa kedua pemimpin tersebut telah melakukan "diskusi yang bersemangat" mengenai kemajuan hubungan bilateral. Pernyataan tersebut juga menekankan kesepakatan untuk melakukan upaya bersama dalam memerangi terorisme.
Sebelum meninggalkan Teheran, Raisi mengatakan, "diskusi dengan pemerintah Pakistan akan membahas juga masalah perbatasan antara kedua negara."
Pakistan, negara mayoritas Sunni, dan Iran, yang mayoritas Syiah, memiliki sejarah hubungan diplomatik yang sulit. Ketegangan antara kedua negara meningkat pada awal tahun ini, menyusul serangan lintas batas yang mematikan.
Iran melancarkan serangan udara terhadap kelompok bersenjata di wilayah Pakistan pada bulan Januari. Teheran mengatakan, pihaknya menargetkan kelompok militan Sunni Jaish al-Adl, yang dianggap bertanggung jawab atas beberapa serangan terhadap warga sipil dan tentara di Iran.
Pakistan membalas dengan serangan terhadap sebuah desa di Iran dekat kota Saravan, dengan beralasan mereka menargetkan kelompok separatis Front Pembebasan Balochistan, BLF.
Provinsi Balochistan di Pakistan merupakan bagian terbesar wilayah tersebut, diikuti oleh provinsi Sistan dan Balochistan di sisi Iran. Wilayah luas ini dihuni oleh sekitar 9 juta warga, yang terorganisasi dalam suku-suku dan tidak merasa menjadi bagian dari sebuah negara manapun.
Setelah serangan lintas batas, Iran dan Pakistan sepakat untuk meredakan ketegangan dan meningkatkan hubungan keamanan. Sebagai bagian dari pemulihan hubungan, mereka sepakat untuk memerangi terorisme di wilayah masing-masing dan membentuk sistem konsultasi di tingkat menteri luar negeri untuk mengawasi kemajuan di berbagai sektor. Sejak lama, Iran dan Pakistan juga punya proyek pipa gas yang memungkinkan Pakistan mendapat pasokan gas dari Iran.
Ahsan Raza,analis politik yang berbasis di Lahore berpendapat, kunjungan Presiden Iran Ebrahim Raisi dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan bilateral. "Kunjungan tersebut juga menjadi penting, dengan latar belakang meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah Teheran melancarkan serangan terhadap Israel yang melibatkan lebih dari 300 drone dan rudal," ujar Raza lebih lanjut.
"Iran sejauh ini memiliki hubungan baik dengan Cina, Rusia dan beberapa negara Asia Tengah," kata Muhammad Akram, mantan senator di Pakistan. Dia menekankan bahwa Teheran juga ingin Pakistan bergabung dalam daftar negara sahabat.
Tapi Islamabad secara historis lebih dekat dengan musuh bebuyutan Iran, Arab Saudi dan Amerika Serikat. Pakistan juga berada dalam kondisi gejolak ekonomi yang parah, dan perlu bantuan Barat. Pemerintah Pakistan saat ini sedang mencari dana talangan tambahan dari Dana Moneter Internasional IMF untuk mengatasi krisis neraca pembayaran akut.
"Dalam situasi saat ini, akan sulit bagi Islamabad untuk memberikan dukungan apa pun kepada Teheran," kata Naeem Khalid Lodhi, mantan menteri pertahanan Pakistan. Dia mengatakan, Pakistan sangat bergantung pada lembaga keuangan internasional yang didominasi AS untuk mendapatkan bantuan.