Mahasiswa Yahudi Ketakutan usai Demo Anti-Israel Merebak di Kampus-kampus New York
- VIVA.co.id/Natania Longdong
New York – Setelah berhari-hari terjadi kerusuhan dan aksi anti-Israel di Universitas Columbia, New York City, rabi Ortodoks universitas tersebut mengirim pesan kepada mahasiswa Yahudi untuk menjauh dari kampus sampai kampus dianggap aman kembali.
Rabi Elie Beuchler mengatakan protes anti-Israel yang terjadi hampir setiap hari adalah tindakan mengerikan dan tragis.
"Peristiwa beberapa hari terakhir, terutama tadi malam, telah memperjelas bahwa Keamanan Publik Universitas Columbia dan NYPD tidak dapat menjamin keamanan mahasiswa Yahudi dalam menghadapi antisemitisme dan anarki yang ekstrim," kata Rabu Beuchler dalam pernyataannya, dikutip dari Times of Israel, Senin, 22 April 2024.
Rabi itu menambahkan bahwa meski antisemitisme sangat menyakitkan baginya, ia tetap merekomendasikan agar mahasiswa Yahudi tetap di rumah sampai keadaan di dalam dan sekitar kampus membaik secara dramatis.
“Bukan tugas kami sebagai orang Yahudi untuk memastikan keselamatan kami sendiri di kampus. Tidak seorang pun harus menanggung kebencian sebesar ini, apalagi di sekolah,” tulisnya.
Menyusul surat Beuchler, Universitas Columbia setuju untuk mengizinkan mahasiswanya menghadiri kelas dari jarak jauh.
Pesan tersebut juga mengatakan mahasiswa Yahudi yang membutuhkan tempat tinggal pada Minggu malam akan ditawari akomodasi di rumah fakultas.
Menyusul pesan Beuchler, Hillel dari Columbia mengeluarkan pernyataannya sendiri yang menentang rabi Ortodoks tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka tidak percaya mahasiswa Yahudi harus meninggalkan kampus dan bahwa kampus akan tetap terbuka untuk melayani masyarakat.
Pada saat yang sama, Hillel menjelaskan bahwa mereka mengharapkan universitas dan Kota New York untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi mahasiswa Yahudi.
“Kami menyerukan kepada pihak administrasi universitas untuk segera bertindak dalam memulihkan ketenangan di kampus. Kota harus memastikan bahwa siswa dapat berjalan-jalan di Broadway dan Amsterdam tanpa takut dilecehkan,” kata Columbia Hillel.
Sebagai informasi, universitas-universitas di luar negeri, terutama di Amerika Serikat (AS), telah menjadi tempat terjadinya protes besar-besaran anti-Israel sejak 7 Oktober 2023, tepat ketika perang Israel-Hamas pecah.
Di Kolombia, pengunjuk rasa pro-Palestina dan pro-Israel saling bersitegang dalam enam bulan terakhir, ketika Israel mengobarkan perang melawan Hamas di Jalur Gaza.
Namun, protes anti-Israel semakin meningkat dalam seminggu terakhir, setelah universitas tersebut meminta NYPD untuk membantu membongkar sebuah perkemahan yang didirikan untuk mendukung Gaza.
Selama pembubaran mahasiswa yang melakukan protes pada hari Rabu, 17 April 2024, polisi menangkap lebih dari 100 orang, termasuk putri Perwakilan AS Ilhan Omar, seorang kritikus keras terhadap Israel.
Setiap malam sejak itu, para pengunjuk rasa berbaris melalui kampus sambil memukul-mukul panci dan wajan serta meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan intifada, atau pemberontakan melawan Israel. Dalam dua intifada sebelumnya, ratusan warga Israel dibunuh dalam serangan teror.
Para pengunjuk rasa pada demonstrasi tersebut juga menyatakan identifikasi mereka terhadap Hamas dan menyerukan serangan lebih lanjut seperti yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.