Bandara Dubai Banjir Hebat, Peristiwa Cuaca Bersejarah yang Mengguncang UEA
- X/@gunsnrosesgirl3
Dubai – Bandara Internasional Dubai dilanda hujan badai yang tak terduga hingga menyebabkan banjir yang mengganggu operasinya. Kejadian ini terjadi ketika Uni Emirat Arab (UEA) diserang oleh badai petir hebat, yang membawa hujan terlebat yang pernah tercatat dalam sejarah di negara tersebut.
Hujan lebat yang melanda UEA ini dianggap sebagai "peristiwa cuaca bersejarah". Hujan ini menyebabkan banjir di sebagian besar jalan raya utama dan bahkan mempengaruhi operasi di bandara tersibuk di dunia ini.
Sejak Senin malam, hujan mulai turun merendam pasir dan jalan-jalan Dubai dengan hujan sekitar 20 milimeter (0,79 inci), seperti dilansir dari AP News. Namun, pada Selasa, badai semakin memburuk, menyebabkan hujan lebih deras dan bahkan hujan es yang menghantam kota ini.
Lebih dari 142 milimeter (5,59 inci) hujan telah turun di Dubai dalam waktu 24 jam. Ini jauh melebihi rata-rata tahunan, yang biasanya hanya sekitar 94,7 milimeter (3,73 inci) di Bandara Internasional Dubai.
Dampaknya langsung terasa di bandara, di mana air hujan mencapai taxi way, menghalangi pesawat yang mendarat. Bandara akhirnya terpaksa menghentikan kedatangan pesawat pada malam Selasa, menyebabkan keterlambatan dan ketidaknyamanan bagi penumpang.
Banyak penumpang terjebak di bandara yang banjir, dengan beberapa orang terpaksa tidur di stasiun Metro atau di bandara itu sendiri. Beberapa bahkan terpaksa meninggalkan mobil mereka yang terjebak di jalan-jalan yang terendam banjir.
Bandara Internasional Dubai mengakui bahwa situasinya sulit dan pemulihannya akan membutuhkan waktu. Mereka meminta pemahaman dan kesabaran dari penumpang saat mereka bekerja keras untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
“Pemulihan akan memakan waktu," kata pihak bandara itu di platform sosial X yang dikutip pada Rabu, 17 April 2024.Â
"Kami berterima kasih atas kesabaran dan pengertian Anda saat kami bekerja melalui tantangan ini."
Sekolah di seluruh UAE, federasi tujuh kepulauan, sebagian besar juga tutup sebelum badai dan pegawai pemerintah sebagian besar bekerja secara remote. Banyak pekerja juga tinggal di rumah, meskipun beberapa berani keluar, dengan yang tidak beruntung terjebak di dalam kendaraan mereka di jalan-jalan yang tergenang air lebih dalam dari yang diharapkan.