4 Pelaku Terorisme Moskow Ternyata di Bawah Pengaruh Obat-Obatan Terlarang
- AP Photo/Alexander Zemlianichenko
Moskow – Dalam berita terbaru yang mengejutkan, dilaporkan bahwa empat teroris yang terlibat dalam serangan mengerikan di gedung konser Balai Kota Crocus dekat Moskow pada Jumat, 22 Maret lalu, ternyata berada di bawah pengaruh zat psikotropika yang dirancang untuk menghilangkan rasa takut.
Pengungkapan ini datang dari saluran Baza Telegram Russia, yang menyoroti keadaan mengerikan seputar peristiwa tragis tersebut.
Para pelaku, yang diidentifikasi sebagai Shamsutdin Fariduni, Saidakrami Rachabalizoda, Muhammadsobir Fayzov, dan Dalerzhon Mirzoyev, setelah dites, ternyata memiliki jejak zat psikotropika di aliran darah mereka, sehingga mengubah persepsi mereka tentang 'rasa takut', melansir Caliber Russia, Jumat, 29 Maret 2024.
Meskipun nama spesifik dari zat tersebut masih dirahasiakan oleh pihak berwajib Rusia, pengaruhnya terhadap kondisi mental individu menimbulkan kekhawatiran besar mengenai perencanaan dan pelaksanaan serangan tersebut.
Investigasi telah mengungkapkan bahwa para teroris melakukan beberapa kunjungan ke Crocus sebagai persiapan atas tindakan jahat mereka beberapa hari sebelum aksi dilakukan.
Fariduni Shamsutdin dipastikan berada di dalam gedung konser pada 7 Maret, didukung bukti foto yang secara tidak sengaja ditangkap oleh seorang fotografer di lokasi. Selain itu, kesaksian dari seorang sopir taksi yang mengantar Shamsutdin dari gedung konser ke desa Putilkovo menguatkan kehadirannya di area Crocus.
Tersangka lain juga terlihat di Crocus pada dua kesempatan terpisah, pada 10 dan 14 Maret, yang selanjutnya mengimplikasikan rencana yang telah diperhitungkan di balik serangan tersebut.
Selanjutnya, pada tanggal 21 Maret, saksi mata melaporkan penampakan para teroris di pompa bensin Gazpromneft di sekitar Strogino dan Jalan Lingkar Moskow. Khususnya, mereka terlihat mengisi bahan bakar mobil Renault putih, yang mana adalah kendaraan yang mereka gunakan dalam upaya melarikan diri setelah serangan melalukan aksi terorisme.
Terungkapnya kondisi mental para teroris yang berubah karena zat psikotropika menambah kekhawatiran dalam penyelidikan, mendorong pihak berwenang untuk menyelidiki lebih dalam keadaan yang mengarah pada serangan tersebut.
Seiring dengan berjalannya penyelidikan, masih banyak pertanyaan mengenai sumber dan motif di balik pemberian zat-zat tersebut serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tindakan para pelaku.