Jabatan Netanyahu Terancam Akibat Gagal Kembalikan Sandera, Isu Pemilu Dini Mencuat
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Tel Aviv – Intelijen Amerika Serikat (AS), memperingatkan bahwa jabatan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan goyah. Dia juga menekankan bahwa Israel kemungkinan gagal melenyapkan Hamas, tujuan utama Tel Aviv di balik perang Gaza.
Menurut Laporan Penilaian Ancaman Tahunan 2024 AS, yang dirilis pada awal minggu ini, menyatakan keprihatinan tentang visi Israel untuk mengakhiri perang.
Selain itu, percikan keraguan mulai timbul tentang apakah Netanyahu dapat tetap berkuasa dengan penghentian kesepakatan sandera dan meningkatnya tekanan dari Israel untuk menjamin pembebasan mereka.
“Ketidakpercayaan terhadap kemampuan Netanyahu untuk memerintah semakin dalam dan meluas di kalangan masyarakat, dibandingkan tingkat yang sudah tinggi sebelum perang, dan kami memperkirakan akan terjadi protes besar-besaran yang menuntut pengunduran dirinya dan pemilihan umum baru,” kata laporan itu, dikutip dari Alarabiya, Jumat, 15 Maret 2024.
"Pemerintahan yang berbeda dan lebih moderat adalah suatu kemungkinan," sambung laporan itu.
Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa Israel akan kesulitan mencapai tujuannya untuk menghancurkan Hamas.
“Israel mungkin akan menghadapi perlawanan bersenjata yang berkepanjangan dari Hamas selama bertahun-tahun yang akan datang, dan militer (Israel) akan berjuang untuk menetralisir infrastruktur bawah tanah Hamas, yang memungkinkan pemberontak untuk bersembunyi, mendapatkan kembali kekuatan dan mengejutkan pasukan Israel,” kata laporan itu.
Struktur pemerintahan dan keamanan di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, serta penyelesaian situasi kemanusiaan di Gaza dan pembangunan kembali, akan menjadi komponen kunci dari hubungan jangka panjang Israel-Palestina, menurut laporan tersebut.
Selain itu, ketegangan antara Presiden AS Joe Biden dan Netanyahu berkobar dalam beberapa hari terakhir terkait operasi militer Israel di Rafah, di Gaza selatan.
Pada pekan lalu, Biden mengatakan Netanyahu harus lebih memperhatikan hilangnya nyawa tak berdosa warga Palestina, sebagai konsekuensi dari tindakan yang diambil di Gaza.
Biden juga menekankan bahwa pendekatan Tel Aviv dalam perang tersebut lebih merugikan Israel daripada membantu Israel.
Keesokan harinya, Netanyahu menolak komentar Biden dengan mengatakan bahwa dia salah dalam kedua hal tersebut.
“Jika yang dia maksud adalah saya menjalankan kebijakan swasta yang bertentangan dengan keinginan mayoritas warga Israel, dan ini merugikan kepentingan Israel, maka dia salah dalam kedua hal tersebut,” ucap Netanyahu.
Sebagai informasi, pemerintahan Biden telah sepenuhnya mendukung Israel dalam perangnya dengan Hamas, namun rasa frustrasi Amerika Serikat semakin terlihat.
Netanyahu juga menghadapi tekanan yang semakin besar di Israel karena kegagalannya membawa pulang sandera yang ditahan oleh Hamas telah menyebabkan protes di negara tersebut dan menyerukan pemilihan umum dini.
Sebuah jajak pendapat dari Institut Demokrasi Israel menunjukkan popularitas Netanyahu anjlok, dengan hanya 15 persen warga Israel yang menginginkan dia tetap berkuasa.