Rencana Brutal Netanyahu di Rafah Dapat Penolakan Keras dari UE dan AS
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Tel Aviv – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan terus melanjutkan kampanye militernya ke Rafah di Jalur Gaza selatan, di tengah meningkatnya tekanan internasional.
Sementara itu, semakin banyak suara yang ikut menyerukan agar Israel tidak memasuki Rafah, salah satu daerah terakhir yang relatif aman, dan tempat 1,5 juta orang mencari perlindungan.
“Kami akan menyelesaikan pekerjaan di Rafah sambil memungkinkan penduduk sipil untuk keluar dari bahaya,” kata Netanyahu dalam pidato video di konferensi organisasi AIPAC pro-Israel di Washington, DC, dikutip dari Alarabiya, Jumat 15 Maret 2024.
Komentar Netanyahu muncul ketika para pemimpin Uni Eropa berencana mendesak Israel agar tidak melancarkan operasi darat di Rafah, menurut rancangan kesimpulan pertemuan puncak mendatang.
“Dewan Eropa mendesak pemerintah Israel untuk menahan diri dari operasi darat di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina saat ini mencari keselamatan dari pertempuran dan akses terhadap bantuan kemanusiaan,” menurut rancangan teks kesimpulan pertemuan puncak itu.
Naskah tersebut memerlukan persetujuan dari seluruh 27 pemimpin nasional Uni Eropa untuk diadopsi pada KTT 21 dan 22 Maret 2024.
Selain itu, Presiden AS Joe Biden juga turuy mengomentari rencana brutal Netanyahu tersebut.
"Serangan itu membuat Netanyahu lebih merugikan Israel daripada membantu dengan melakukan perang dengan cara yang bertentangan dengan nilai-nilai negara," kata Joe Biden.