Intelijen AS Bongkar Taktik Hizbullah yang Akan Digunakan Lawan Israel
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Lebanon – Hizbullah Lebanon kemungkinan akan mempertimbangkan tanggapan berbeda terhadap serangan Israel, terus mengarah ke Lebanon, menurut laporan intelijen AS yang dirilis, pada Senin, 11 Maret 2024.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam serangan lintas batas sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Kelompok yang didukung Iran itu mengatakan, bahwa mereka akan berhenti menyerang Israel jika gencatan senjata di Gaza tercapai.
Namun, AS dengan cepat menghalangi Israel untuk melancarkan serangan pendahuluan terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon, setelah meyakinkan Pemerintah Netanyahu, bahwa intelijen AS tidak menunjukkan tanda-tanda Hizbullah berencana menyerang atau melakukan serangan skala besar.
Setidaknya, 200 militan Hizbullah sejauh ini telah tewas akibat serangan Israel sejak 7 Oktober, serta puluhan warga sipil Lebanon.
Di lain sisi, Israel tetap bungkam tentang berapa banyak anggota tentara Israel yang terbunuh akibat serangan Hizbullah.
"Serangan Hizbullah terhadap Israel di sepanjang Jalur Biru mungkin akan terus berlanjut, seperti peluncuran roket, sepanjang konflik Gaza," kata komunitas intelijen AS.
Tetapi, Hizbullah sedang mengkalibrasi tekanan terhadap Israel, sambil berusaha menghindari perang yang lebih luas, yang akan menghancurkan kelompok tersebut dan Lebanon, menurut Penilaian Ancaman Tahunan Komunitas Intelijen AS pada tahun 2024.
“Namun, kepemimpinan Hizbullah mungkin akan mempertimbangkan serangkaian opsi pembalasan, tergantung pada tindakan Israel di Lebanon selama tahun mendatang,” menurut penilaian komunitas intelijen.
Sebelumnya, Jenderal Militer AS berbicara dengan Komandan Angkatan Darat Lebanon pekan lalu, mengenai situasi keamanan saat ini di Timur Tengah dan upaya untuk meredakan ketegangan.
Secara terpisah, penilaian ancaman memperkirakan bahwa Hizbullah akan terus mengembangkan kemampuan 'teroris' global sebagai pelengkap kemampuan militer konvensional kelompok tersebut di wilayah tersebut, menurut AS.
Sebagai informasi, Washington telah menetapkan Hizbullah sebagai kelompok teror pada tahun 1997. Organisasi Jihad Islam milik kelompok tersebut berada dibalik salah satu serangan luar negeri paling mematikan terhadap pasukan AS pada tahun 1980-an.
Hizbullah juga terus berusaha membatasi pengaruh AS di Lebanon dan Timur Tengah, dan mempertahankan kemampuan untuk menargetkan kepentingan Amerika di wilayah tersebut dan di seluruh dunia.