Warga Gaza Memulai Ramadhan dengan Kelaparan
- aljazeera.com
Gaza – Jika umat muslim lainnya memulai puasa di bulan Ramadhan dengan suka cita, maka berbeda dengan para warga Palestina di Gaza.
Melansir laporan AP News, Rabu, 13 Maret 2024, warga Palestina, yang memulai puasa Ramadhan di hari Senin, memulainya dengan kelaparan yang semakin memburuk di Jalur Gaza dan dengan harapan semakin pupus akan adanya gencatan senjata.
Doa dan sholat tarawih pun diadakan di luar masjid, di tengah puing-puing bangunan yang hancur.
Beberapa orang menggantungkan lampu-lampu dan dekorasi di tenda-tenda yang penuh sesak, dan sebuah video dari sebuah sekolah di PBB yang berubah menjadi tempat penampungan, untuk menyambut Ramadhan.
Namun, tidak banyak yang bisa dirayakan setelah perang selama lima bulan yang telah menewaskan lebih dari 30.000 warga Palestina dan menyebabkan sebagian besar wilayah Gaza hancur.
Banyak keluarga di Gaza yang makan dan berbuka hanya dengan makanan kaleng yang tersedia dan harganya terlalu mahal bagi banyak orang. “Anda tidak melihat siapa pun dengan kegembiraan di matanya pada bulan inu,” kata Sabah al-Hendi, salah satu pengungsi yang berpuasa di kota paling selatan Rafah. “Setiap keluarga sedih. Setiap keluarga memiliki seorang martir.”
Amerika Serikat, Qatar dan Mesir berharap bisa menjadi perantara gencatan senjata menjelang bulan puasa yang biasanya penuh dengan kegembiraan, yang mencakup pembebasan puluhan sandera Israel dan tahanan Palestina, serta masuknya sejumlah besar bantuan kemanusiaan, namun pembicaraan terhenti minggu lalu.
Hamas menuntut jaminan bahwa perjanjian ktu akan mengakhiri perang, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melanjutkan serangan sampai “kemenangan total” melawan kelompok militan tersebut dan pembebasan semua sandera yang tersisa.
Perang dimulai ketika pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang.