Israel Batasi Umat Muslim Palestina Sholat di Masjid Al Aqsa
- AP Photo/Leo Correa
VIVA – Israel akan mengizinkan umat Muslim Palestina untuk sholat di Masjid Al-Aqsa selama bulan suci Ramadhan, namun dalam jumlah terbatas dan hanya pada minggu pertama.
“Selama minggu pertama Ramadhan, umat Islam akan diizinkan memasuki Masjid Al-Aqsa dalam jumlah yang sama seperti tahun lalu,” demikian pernyataan dari kantor resmi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Masjid Al Aqsa di Yerusalem, Palestina
- AP Photo/Leo Correa
Mengenai apakah mereka akan membuka pintu Masjid Al-Aqsa, Kantor Perdana Menteri menyatakan akan mengambil keputusan berdasarkan kondisi keamanan, dilansir dari Sputnik News pada Jumat, 7 Maret 2024.
“Penilaian terhadap aspek keselamatan dan keamanan akan dilakukan dan keputusan akan diambil berdasarkan penilaian tersebut,” kata pernyataan itu.
Kantor Perdana Menteri mengatakan Israel menjaga kebebasan beribadah bagi seluruh umat di mana pun di Israel, khususnya di Masjid Al-Aqsa.
Pemerintah Israel juga mengakui bulan suci Ramadhan dan mengatakan mereka akan memastikan perayaannya tahun ini seperti tahun-tahun sebelumnya.
Jutaan umat Islam di seluruh dunia akan berpuasa selama Ramadhan, mulai 10 Maret 2024.
Sebagian besar Muslim Palestina melihat Ramadhan sebagai satu-satunya kesempatan untuk berdoa di Masjid Al-Aqsa, salah satu tempat ibadah paling suci umat Islam.
Namun demi alasan keamanan, Israel terus membatasi Muslim Palestina memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa setiap tahunnya. Komunitas muda Muslim yang paling terkena dampak pembatasan
Menanggapi serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkan 1.200 warga Israel tewas dan 240 sandera, Israel melancarkan serangan balik dengan invasi darat yang adil dan blokade seluruh Jalur Gaza.
Rafah, Gaza
- Al Jazeera
Serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 30.600 warga Palestina dan melukai lebih dari 70.000 lainnya, menurut otoritas setempat.
Pada tanggal 24 November 2023, Qatar merundingkan gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas yang memungkinkan pertukaran tahanan dan sandera serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
