PM Singapura Jawab Tudingan Monopoli Konser Taylor Swift: Kadang Negara Lain Juga Lakukan
- AP Photo/Wong Maye-E
Singapura – Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, menanggapi tuduhan terkait Taylor Swift hanya akan tampil di Singapura dan tidak di negara-negara lain di Asia Tenggara.
Lee Hsien menyebut bahwa kesepakatan dengan bintang Taylor Swift untuk menjadikan Singapura satu-satunya perhentian di Asia Tenggara dalam Eras Tour-nya bukanlah hal yang buruk.
Kesepakatan ini juga menjadi kesepakatan yang sukses, menurut PM Lee Hsien Loong.
“Jika hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang saling menguntungkan, dan dari sudut pandang Singapura, (konser Taylor) tidak hanya berfungsi untuk menumbuhkan perekonomian, namun juga mendatangkan pengunjung dan niat baik dari seluruh kawasan. Saya tidak mengerti kenapa (kesepakatan ini dianggap) buruk,” lanjutnya, dikutip dari The Straits Times, Selasa, 4 Maret 2024.
Menanggapi pertanyaan mengenai kritik bahwa perjanjian tersebut telah melemahkan semangat kerja sama di dalam Asean, PM Lee mengatakan: “Kesepakatan telah tercapai, dan ternyata merupakan perjanjian yang sangat sukses.”
“Saya tidak melihat itu sebagai tindakan yang tidak ramah. Terkadang, satu negara membuat kesepakatan. Terkadang negara lain melakukannya,” ucapnya.
Dia menambahkan bahwa insentif yang diberikan kepada Taylor Swift berasal dari Dana Pengembangan Pariwisata Singapura untuk menghidupkan kembali industri ini setelah pandemi COVID-19.
“Jika kita tidak membuat pengaturan seperti itu, apakah dia akan datang ke tempat lain di Asia Tenggara, atau ke tempat lain di Asia Tenggara? Mungkin tidak. Ini adalah hal-hal yang dia putuskan (sendiri).”
PM Lee mencatat bahwa penyanyi tersebut telah tampil di Australia pada bulan Februari sebelumnya, dan meskipun dia tidak yakin dengan aransemen pastinya, namun persyaratan kesepakatannya dapat diterima bersama.
Diprotest Thailand
Seperti yang diberitakan sebelumnya, konser Taylor Swift yang diisukan menjadi monopoli ini, awalnya mencuat berkat Perdana Menteri atau PM Thailand, Srettha Thavisin.
Dalam acara iBusiness Forum 2024 di Bangkok, Srettha mengungkapkan bahwa Taylor Swift dan timnya telah menerima tawaran kontrak eksklusif dari pemerintah Singapura.
Kontrak tersebut diperkirakan bernilai sekitar 3 juta dolar Amerika Serikat per hari konser, atau setara dengan Rp 46.966 miliar.
Dalam rangkaian konser selama enam hari di Singapura, Taylor Swift dan timnya diperkirakan akan menerima paling tidak sejumlah Rp 187,867 miliar.
Srettha juga menyatakan bahwa informasi mengenai kontrak eksklusif tersebut berasal dari promotor yang membawa Taylor Swift ke Singapura, yaitu AEG Presents. Menurutnya, strategi ini merupakan salah satu kebijakan cerdas yang diambil oleh pemerintah Singapura.