Lipstik Tertua di Dunia Berusia 3.700 Tahun Ditemukan di Iran

Lipstik tertua yang ditemukan di Iran
Sumber :
  • Tehran Times

Iran – Sebuah lipstik tua berwarna merah cerah telah ditemukan, yang diyakini berusia lebih dari 3.700 tahun dalam sebuah penemuan langka terbaru.

Natasha Wilona Lapor Polisi, Fotonya Dipakai Buat Produk Kosmetik Tanpa Izin

Kosmetik tersebut ditemukan dalam botol kecil berornamen di Iran dan mungkin merupakan produk kosmetik tertua di dunia. Cat bibir tersebut ditemukan di wilayah Jiroft di Iran tenggara pada tahun 2001, namun penanggalan radiokarbon baru-baru ini mengungkapkan bahwa pewarna bibir tersebut kemungkinan dibuat pada tahun 1687 Sebelum Masehi (SM).

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports mengatakan: "Pada akhirnya, kosmetik berwarna merah tua ini kompatibel dengan sediaan pewarna bibir, mungkin yang paling awal dilaporkan secara analitis sejauh ini,”

Putin Klaim Rusia Evakuasi 4.000 Pejuang Iran dari Suriah setelah Assad Digulingkan

Lipstik tertua yang ditemukan di Iran

Photo :
  • Tehran Times

“Komponen mineral zat kemerahan diidentifikasi sebagai hematit, mineral oksida yang menghasilkan warna merah cerah. Campuran tersebut, setelah diamati, memiliki kemiripan yang mencolok dengan resep lipstik kontemporer,” lanjut pihak peneliti, melansir The Mirror, Selasa, 5 Februari 2024.

Mantan Presiden Iran Marah UU Penggunaan Hijab Ditunda

Peninggalan arkeologi itu pertama kali ditemukan ketika sungai Halil (provinsi Kerman, Iran tenggara) membanjiri cekungan, menghantam beberapa kuburan yang dibuat pada milenium ke-3 SM.

Studi tersebut mengatakan: "Setelah kuburan mewah muncul ke permukaan, penduduk setempat terlibat dalam penjarahan di ruang terbuka yang berkepanjangan, yang mana dalam periode tersebut ribuan artefak berharga dirampok dan hilang ke pasar barang antik."

Meskipun kosmetik seperti alas bedak, eye shadow, dan eyeliner kohl hitam sebelumnya telah diidentifikasi pada peradaban Timur Dekat dan Mesir kuno, penemuan pigmen merah tua, serupa dengan yang ditemukan pada lipstik, masih sulit dipahami hingga sekarang.

Analisis kimia terhadap residu di dalam botol, yang sekarang menyerupai bubuk halus berwarna ungu, telah mengungkapkan komposisi yang sebagian besar terdiri dari hematit, yang terkenal dengan rona merah pekatnya, digelapkan oleh manganit dan braunit, serta jejak galena, anglesite, dan zat organik lainnya.

Selain itu, serat tumbuhan yang ditemukan dalam ramuan kosmetik kuno mengisyaratkan kemungkinan sifat aromatik, yang berpotensi digunakan untuk mengharumkan lipstik.

Partikel kuarsa, kemungkinan besar berasal dari pasir atau kristal, juga telah diidentifikasi, menunjukkan adanya kilau, sebuah fitur yang mengingatkan kita pada lipstik kontemporer di dunia modern. Namun, menurut peneliti, masuk akal juga jika kuarsa sudah terkelupas dari wadah yang membusuk seiring berjalannya waktu.

Botol yang dihias dengan rumit ini menonjol dari objek, menunjukkan pendekatan standar terhadap pencitraan merek, pengemasan, dan perdagangan produk kosmetik di zaman kuno, serupa dengan praktik di jaman modern.

Meskipun identitas pemilik lipstik masih menjadi misteri, penemuan ini memberikan wawasan berharga mengenai industri kosmetik Zaman Perunggu yang sering diabaikan.

Profesor Massimo Vidale, salah satu penulis penelitian, menyoroti pentingnya temuan tersebut, dengan menyatakan, “Ini adalah ekspresi kemewahan yang mahal yang memainkan peran penting dalam membentuk interaksi sosial dalam hierarki kota-kota awal.”

Ilustrasi lipstik.

Photo :
  • Pixabay/Kaboompics

Penemuan lipstik kuno ini tidak hanya menambah sentuhan glamor pada sejarah tetapi juga memperdalam pemahaman kita tentang peradaban kuno dan praktik kecantikannya.

Banyak artefak berharga berupa batu dan tembaga kemudian ditemukan oleh pasukan keamanan Iran dan akhirnya disimpan di Museum Arkeologi Jiroft dan koleksi umum lainnya di Kerman dan Teheran.

Meskipun bukti pasti dari penemuan yang ditemukan masih belum diketahui, baik gaya yang jelas maupun kumpulan yang koheren dengan yakin menganggap sebagian besar dari temuan yang ditemukan berasal dari peradaban lokal awal Zaman Perunggu, dan juga Marhasi kuno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya