Menteri Israel Ingin Hapus Bulan Ramadan
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Tel Aviv – Memasuki bulan suci Ramadan, diharapkan dapat menjadi solusi ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki Israel.
Namun, baru-baru ini Menteri Warisan Budaya Israel Amichai Eliyahu, melontarkan pernyataan radikal dengan menyebut bahwa bulan Ramadan harus dihilangkan.
Bukan tanpa sebab, pernyataan itu dikeluarkan karena kekhawatiran akan terjadinya peningkatan situasi di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang diduduki selama bulan Ramadan.
Hal ini juga sebagai akibat dari perang Israel di Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan oleh pemerintah Tel Aviv terhadap Masjid Al-Aqsa selama bulan Ramadan.
"Ketakutan kita terhadap bulan (Ramadan) ini juga harus dihilangkan," kata Eliyahu, dikutip dari Daily Sabah, Senin, 4 Maret 2024.
Eliyahu adalah anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.
Pada bulan November, Eliyahu mengatakan bahwa menjatuhkan bom nuklir di Jalur Gaza adalah sebuah pilihan yang tepat.
Sementara itu, media Israel mengatakan bahwa pemerintah Amerika menekan Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadan, yang dimulai sekitar 10 hari lagi.
Tetapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan Tel Aviv telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas.
Ketika pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera berlanjut dengan mediasi dari AS, Qatar dan Mesir, Presiden Joe Biden mengatakan pada minggu lalu bahwa Israel akan menghentikan perangnya melawan Gaza selama bulan suci Ramadan jika kesepakatan tercapai.
Kelompok Hamas Palestina, yang diyakini menyandera lebih dari 130 warga Israel, menuntut diakhirinya serangan Israel di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan penyanderaan.
Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.
Sebagai informasi, Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.
Sementara itu, setidaknya 30.228 warga Palestina telah terbunuh dan 70.457 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.