Polisi Gerebek Kantor Pimpinan Ikatan Dokter Korea, Terkait Dugaan Pelanggaran Hukum
- BBC.co.uk
VIVA – Aparat kepolisian Korea Selatan, menggerebek beberapa kantor pimpinan dan mantan kantor ikatan dokter yang diduga melanggar undang-undang kedokteran di tengah-tengah pemogokan massal dokter dalam pelatihan yang tengah berlangsung.
Melansir Yonhap, Jumat 1 Maret 2024, penggerebekan tersebut menandai tindakan investigasi pertama yang dilakukan polisi sehubungan dengan laporan Kemenkes yang mengajukan pengaduan ke polisi terhadap Ketua Komite Darurat KMA Kim Taek-woo, dua anggota pimpinan KMA lainnya, mantan ketua KMA, dan Ketua Ikatan Pediatri Korea Lim Hyeon Taek.
Kementerian, menuduh mereka menghasut pengunduran diri massal para dokter peserta pelatihan. Menyatakan dukungan dan memberikan bantuan hukum dalam tindakan hukum pertama yang diambil pemerintah sehubungan dengan pemogokan tersebut.
Kepolisian Metropolitan Seoul mengirim sejumlah penyidiknya ke beberapa kantor, termasuk kantor komite darurat Ikatan Dokter Korea (KMA) dan Ikatan Dokter Seoul untuk mengamankan sejumlah barang bukti. Dari penggerebekan itu, telepon seluler dan komputer para pimpinan asosiasi diamankan sebagai barang bukti.
Penyelidikan terhadap mereka terus dilakukan ketika pemerintah memberi waktu kepada pekerja magang dan dokter residen yang mogok hingga akhir Kamis untuk kembali bekerja atau menghadapi tindakan hukuman, seperti penangguhan izin medis mereka.
Namun, dari 9.076 dokter yang melakukan protes, hanya 294 yang kembali bekerja dan tampaknya tidak ada tanda-tanda para dokter dalam pelatihan akan mengakhiri pemogokan tersebut.
Polisi juga sebelumnya telah memberi peringatan kepada mereka yang di tuduh sehubungan dengan pemogakan tersebut akan ditangkap jika mereka menentang pemeriksaan polisi tanpa alas an yang sah.
Hal tersebut dilakukan para dokter sebagai aksi bersama memprotes rencana pemerintah menaikkan kuota penerimaan sekolah kedokteran sebanyak 2.000 kursi pada tahun depan dari jumlah kuota saat ini 3.058 kursi.
Adapun hingga 1 Maret, hampir 10.000 dokter dalam pelatihan di seluruh Korea Selatan mengundurkan diri dari jabatannya dalam bentuk pengunduran diri massal.
Beberapa pihak telah meningkatkan kemungkinan lebih banyak dokter kembali bekerja pada akhir pekan, karena kepala rumah sakit umum besar mengajukan permohonan agar mereka kembali melayani pasien.